Bisnis.com, MALANG — Calon mahasiswa atau peserta tes perlu menyiapkan diri mental dan emosional dalam menghadapi ujian Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2025, selain persiapan materi.
Dosen Psikologi Universitas Brawijaya (UB), Yuliezar Perwira Dara, mengatakan selain persiapan akademis yang matang, faktor psikologis juga memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan peserta.
“Kesiapan mental sangat berpengaruh terhadap bagaimana seseorang mengelola kecemasan dan stres, yang seringkali muncul menjelang ujian,” ujarnya, Senin (21/4/2025).
Karena itu, kata dia, peserta dianjurkan untuk memperhatikan aspek psikologis dalam proses persiapannya. Salah satu hal mendasar yang perlu dilakukan adalah berdoa dan menenangkan diri setelah menjalani proses belajar.
Berbagai upaya seperti mengikuti bimbingan belajar, tryout, dan latihan soal merupakan bentuk usaha maksimal. Namun, ketenangan batin dapat menjadi penentu utama di hari ujian.
Selain itu, dia menegaskan, menjaga kondisi fisik juga sangat penting. Pola makan bergizi, konsumsi air putih yang cukup, dan tidur berkualitas membantu tubuh dan otak tetap bugar. Istilah “logika butuh logistik” kata Wira, sapaan akrabnya, menggambarkan bahwa kesiapan berpikir sangat dipengaruhi oleh kondisi tubuh yang sehat.
Baca Juga
Jika tubuh kita tidak terjaga, kata alumni UGM itu, maka semua persiapan akademis bisa jadi sia-sia.
Setiap individu juga perlu mengenali metode personal dalam mengelola stres. Ada yang merasa lebih tenang dengan teknik pernapasan, journaling atau bahkan hanya dengan meneguk air di tengah ketegangan. Aktivitas sederhana seperti menulis kekhawatiran dan menyusun rencana solusi dapat membantu menjernihkan pikiran dan menghindari rasa panik.
Wira memaparkan lingkungan belajar juga memegang peranan penting. Suasana yang nyaman, strategi belajar yang terarah, serta diskusi bersama teman dapat meningkatkan efektivitas belajar terutama saat waktu persiapan semakin sempit.
“Dukungan sosial dari keluarga dan sahabat bisa menjadi kekuatan tersendiri. Jangan ragu untuk berdiskusi dengan teman dan pastikan kamu berada di lingkungan yang mendukung,” jelasnya.
Dia menjelaskan pula, paparan media sosial yang berlebihan justru bisa menambah tekanan, terutama jika digunakan untuk membandingkan pencapaian dengan orang lain.
Dalam menghadapi situasi ini, penting bagi peserta untuk fokus pada kemajuan pribadi, bukan membandingkan diri dengan kesuksesan orang lain. “Ini akan membantu kita lebih termotivasi untuk terus maju,” katanya.
Refleksi terhadap diri sendiri menjadi kunci untuk membangun motivasi yang sehat. Selain itu, mengembangkan rasa syukur atas setiap proses yang telah dijalani juga dapat menjaga semangat dan optimisme.
“UTBK bukanlah akhir dari segalanya. Ini hanyalah salah satu fase dalam perjalanan hidup. Yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri dan belajar dari setiap proses yang dilalui,” tegas perempuan yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) UB ini.
Dengan persiapan yang matang secara fisik dan mental, diharapkan peserta dapat menghadapi SNBT/UTBK dengan lebih tenang, percaya diri dan memperoleh hasil terbaik sesuai dengan usaha yang telah dilakukan. (K24)