Bisnis.com, MALANG—Program kemitraan sangat positif dalam mendukung kegiatan investas hilirisasi industri di Jatim, Kalbar, dan Batam.
Demikian Kesimpulan dari Penelitian Membangun Kemitraan antara Masyarakat, Pemda, dan Perusahaan untuk Optimilisasi Hilirasasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya di Gresik, Jatim, Mempawah, Kalbar; dan Rempang, Batam.
“Hasil penelitian menyebutkan, adanya program kemitraan mampu menciptakan harmoni antara perusahaan dan masyarakat,” kata Ketua Tim Penelitian Membangun Kemitraan antara Masyarakat, Pemda, dan Perusahaan untuk Optimilisasi Hilirasasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Hendi Subandi, Senin (30/12/2024).
Model kemitraan perusahaan dan warga yang ditemukan, kata dia, yakni CSR langsung, yakni bantuan langsung perusahaan pada warga.
Perusahaan juga mempercayakan aparat di tingkat RT untuk merekrut tenaga nonterdidik, seperti Satpam dan lainnya.
Model kemitraan seperti itu, kata dia, dilakukan perusahaan yang sedang dalam proses pendirian. Contohnya, perusahaan yang bergerak dalam pengolahan pasir silika di Rempang.
Model lainnya, selain bantuan langsung juga tidak langsung. Model kemitraan seperti itu, kata dia, terjadi pada perusahaan yang telah beroperasi di Mempawah, Kalbar.
Perusahaan di sana yang mengolah biji bauksit, tidak hanya memberikan bantuan langsung tapi juga memberikan bantuan secara tidak langsung seperti menjamin pendidikan agama bagi anak-anak pekerja.
Bahkan perusahaan mempunyai desa binaan. Perusahaan juga mendirikan SMK untuk membantu pendidikan warga setempat.
Di Gresik, kata Hendi, bahkan lebih berkembang lafgi programnya. Di sana, perusahaan selain mempunyai desa binaan, juga melibatkan warga dalam rantai produksi korporasi.
Secara umum, dia menegaskan, adanya program kemitraan positif untuk mencegah konflik antara perusahaan dan warga. Hal itu terjadi karena warga merasa dilibatkan dalam proses produksi perusahaan sehingga mereka juga merasa memilikinya.
Dari penelitian itu pula diketahui, model kemitraan antara perusahaan dan warga ternyata tidak menjadi beban, melainkan dinilai suatu hal yang wajar bagian dari proses produksi.
Model kemitraan yang ideal, dia menegaskan, seperti yang berlangsung di Gresik, yakni melibatkan warga dalam proses produksi perusahaan sebagai pemasok beberapa komponen perusahaan.
Untuk mencapai hal itu, kata dia, maka masyarakat sendiri harus siap. Karena itulah, menjadi tugas dari pemda, LSM, maupun perguruan tinggi untuk melatih dan mendampingi warga.
“Seperti membantu warga mendirikan PT maupun mendorong warga berorganisasi dengan mendirikan koperasi,” ujarnya.
Warga juga perlu didampingi agar dapat memanfaatkan teknologi digital untuk mengikuti tender maupun bertransaksi di e-katalog.
“Pemda juga perlu mengantisipasi perkembangan dengan ikut aktif terlibat, bahkan kalau perlu didukung dengan perda agar kegiatan pemda mempunyai pijakan yuridis yang kuat,” ujarnya. (K24)
