Bisnis.com, SURABAYA – Tiga anak perusahaan Grup Sentosa Laju Sejahtera (SLS), yang berkecimpung dalam jasa kontraktor pertambangan dan penyewaan alat, berkomitmen untuk melakukan transformasi bisnis yang ramah lingkungan.
Dalam acara gathering bertemakan “Green Mobility and It’s Infrastructure” di Surabaya pada hari ini, para perwakilan perusahaan memaparkan langkah-langkah konkret dalam mendukung target pemerintah Indonesia mencapai emisi nol bersih pada 2060, baik melalui penggunaan kendaraan listrik (EV) ataupun pembangunan infrastruktur hijau.
Ketiga anak perusahaan tersebut adalah PT Traktor Teknik Nusantara atau TRAKTEK, yang berfokus pada alat berat, pelumas, generator dan tower lamp, serta suku cadang; PT Artha Satya Karunia (ASK), yang mengkhususkan diri pada sektor logistik dan transportasi; serta PT Sentosa Welindo Group (SWG), yang bergerak pada bidang kontraktor umum dan rekayasa teknik (technical engineering).
“Anak usaha seperti TRAKTEK sudah mulai mempersiapkan diri untuk menjadi dealer kendaraan tambang berbasis EV, kemudian ASK sudah mulai menggali potensi-potensi terkait transportasi dan logistik berbasis EV, dan kami sudah berencana akan mengadopsi unit truk EV,” ujar Direktur Utama PT Traktor Teknik Nusantara, Dian Sanjaya Guudtralim.
Ia menggarisbawahi pihaknya memberikan alternatif kendaraan listrik berbasis generasi baru yang efektif dan kompetitif, serta dapat mengurangi jejak karbon.
Sementara Direktur Utama PT Artha Satya Karunia (ASK), Chedie Putra Hardiyanto, mengatakan pihaknya sudah melakukan sejumlah terobosan bisnis ramah lingkungan, salah satunya dengan menggandeng Electrum dalam mengembangkan sistem pertukaran baterai pada motor EV.
“ASK juga menerapkan teknologi Vehicle-to-grip (V2G), yang memungkinkan kendaraan listrik berfungsi sebagai penyimpan energi dan mengalirkan listrik kembali ke jaringan listrik,” katanya.
Lebih lanjut, Direktur Utama PT Sentosa Welindo Group (SWG), Tiarvando, mengatakan pihaknya turut menerapkan bisnis hijau dengan membangun infrastruktur yang ramah lingkungan, baik di wilayah tambang, dan sejumlah proyek yang digarapnya, seperti di IKN, Kalimantan Timur.
“Kami sedang mempersiapkan kawasan komersil di IKN di mana konsep bangunan dan infrastruktur hijau, di antaranya menggunakan solar panel dan PLTA untuk memenuhi kebutuhan listrik, serta menggunakan material bangunan dengan konsumsi energi dan jejak karbon yang rendah (low embodied carbon),” papar Tiarvando.
Ketiga perusahaan mengakui bahwa mengadopsi bisnis hijau memiliki banyak tantangan, mulai dari masalah pendanaan, keterbatasan infrastruktur pendukung hingga adanya kekhawatiran terkait performa dan keandalan kendaraan listrik dalam kondisi pertambangan yang ekstrem. Namun, Grup SLS dapat mengatasi hambatan itu dengan menggandeng penyedia teknologi dan pemerintah.
Melalui acara gathering bertemakan “Green Mobility and It’s Infrastructure”, ketiga perusahaan berharap dapat menginspirasi para pelaku industri pertambangan lainnya untuk ikut mengadopsi praktik-praktik yang lebih ramah lingkungan.
“Green Mobility and It’s Infrastructure memiliki potensi besar untuk mengubah praktik industri pertambangan menjadi lebih berkelanjutan,” ujar Tiarvando.
Sementara ke depan, perusahaan akan semakin fokus dalam mengintegrasikan energi terbarukan dalam operasi mereka, juga menjalin kemitraan dengan perusahaan energi dan berkolaborasi dengan perusahaan rintisan (start-up) dalam mengembangkan teknologi baru untuk lebih efisien.
“TRAKTEK dan SWG juga akan menyediakan solusi second life battery EV menjadi pengganti genset sebagai power saver/generator (powerwall),” tutup Dian Sanjaya Guudtralim.