Bisnis.com, MALANG — Deflasi di Kota Malang selama tiga bulan berturut-turut, Juli 0,01% tidak mencerminkan daya beli masyarakat yang turun, melainkan ada pengalihan belanja untuk biaya pendidikan.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai selain pengalihan prioritas belanja, juga ada program Kios Pangan Murah dari TPID setempat sehingga menghambat inflasi. “Deflasi Juli sebagai dampak dari penurunan harga sejumlah komoditas utama,” ujarnya, Jumat (2/8/2024).
Selain karena pasokan yang tinggi, kata dia, penurunan ini juga disebabkan oleh penurunan permintaan karena muslim libur mahasiswa di perguruan tinggi di Malang sampai dengan pertengahan juli, sehingga berdampak pada penurunan permintaan komoditas pangan untuk bahan baku kuliner.
Di sisi lain, dia menegaskan, deflasi bulan juli juga dapat mengindikasikan masyarakat lebih memprioritaskan pengeluaran pendidikan memasuki ajaran baru.
“Agustus dan September patut diwaspadai ancaman tekanan inflasi karena panen sejumlah komoditas pangan dapat terganggu dengan kehadiran el nino. Oleh karena itu, awal Agustus ini BI bersama TPID harus segera memitigasi tekanan inflasi di bulan mendatang,” ucapnya.
Kepala Perwakilan BI Malang, Febrina, mengatakan Kota Malang pada Juli 2024 mengalami deflasi secara month-to-month dengan inflasi tahunan tetap terjaga di kisaran sasaran inflasi. Hal ini tidak terlepas dari koordinasi yang kuat dalam TPID yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif.
Baca Juga
Sinergi dimaksud a.l Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) Kerja sama Antar Daerah (KAD) dengan Pemerintah Kab. Probolinggo untuk komoditas bawang merah, HLM TPID Provinsi Jawa Timur bersama 9 TPID Kab/Kota se Bakorwil III Malang pada 24 Juli 2024 terkait implementasi Jatim SIGATI (Sinergi Gapai Inflasi Terkendali), korporasi petani serta pemetaan kerja sama intra provinsi, serta rencana penyusunan Perjanjian Kerja Sama (PKS) KAD denan Kab. Lumajang untuk komoditas cabai.
Ada juga pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) 21 Juli 2024 di Balai Kota Malang dalam rangka memperingati HUT Bapanas, pelaksanaan cooking class produk olahan ayam beku pada tanggal 21 Juli 2024 sebagai bagian dari program diversifikasi pangan & konsumsi produk olahan, pemantauan harga bahan pangan pokok selama Juli 2024, dan Rakor rutin mingguan pengendalian inflasi bersama Kemendagri sekaligus HLM 1, 8, 15, 22 dan 29 Juli 2024.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kata dia, Kota Malang mengalami deflasi sebesar -0,01% (mtm), lebih kecil dibanding bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,36% (mtm).
Secara tahunan, Kota Malang tercatat mengalami inflasi sebesar 1,83% (yoy) dan 0,56% (ytd). Dengan demikian, inflasi tahunan Kota Malang periode Juli 2024 masih tetap terkendali pada kisaran rentang sasaran inflasi.
Deflasi periode Juli 2024, dia menegaskan, terutama didorong oleh penurunan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,13% (mtm). Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh inflasi pada kelompok pendidikan dengan andil 0,05% (mtm).
Berdasarkan komoditasnya, deflasi terutama didorong oleh penurunan harga pada komoditas bawang merah, cabai merah, tomat, papaya dan telur ayam ras masing-masing dengan andil -0,09%, -0,06%, -0,05%, -0,02%, dan -0,02% (mtm).
Deflasi pada komoditas bawang merah, cabai merah dan tomat terjadi seiring masih berlangsungnya musim panen raya padi di beberapa sentra produksi. Penurunan harga juga terjadi pada komoditas telur ayam ras seiring dengan faktor jumlah populasi ayam petelur yang belum stabil.
Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh inflasi yang terjadi terutama pada cabai rawit, beras, sekolah dasar, kentang dan emas perhiasan masing-masing dengan andil 0,08%, 0,06%, 0,04%, 0,03% dan 0,03% (mtm). Kenaikan harga cabai rawit dan beras dipicu oleh terbatasnya pasokan pasca berakhirnya musim panen.
“Kenaikan pada komponen biaya pendidikan sekolah dasar terjadi seiring dimulainya tahun ajaran baru pada tanggal 15 Juli 2024. Sementara kenaikan harga emas perhiasan terjadi seiring meningkatnya harga komoditas emas dunia akibat meningkatnya ketidakpastian global yang mendorong investor global memindahkan portofolionya ke aset yang lebih aman,” ucapnya. (K24)