Bisnis.com, BANDUNG – Pengelola hulu migas Regional Indonesia Timur yang merupakan Subholding Upstream Pertamina membukukan kinerja positif pada awal 2024.
Direktur Regional Indonesia Timur Muhamad Arifin menjelaskan per kuartal I/2024, perseroan mencatatkan kinerja baik yakni produksi minyak 82,582 barel minyak per hari (BOPD) dan gas 622,441 juta standar kaki cubik per hari (MSCFD).
Adapun capaian pada 2023, perseroan mencatat produksi minyak 89,255 BOPD, produksi gas 606,2 MMSCFD. Sementara di sisi teknikal ada pengeboran tiga sumur development, pengeboran lima sumur eksplorasi, cadangan P1 sebesar 83,64 MMBOE.
"Kami percaya mendapatkan hasil terbaik untuk memenuhi tugas kami sebagai pendukung ketersediaan energi nasional," ujar Arifin dalam kegiatan media gathering di Bandung, Senin (3/6/2024).
Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina merupakan pengelola hulu migas yang secara geografi tersebar di Jawa Timur, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua yang terdiri dari asset offshore dan onshore. Selain itu, terdapat satu aset downstream yaitu Donggi Senoro LNG.
Wilayah kerja di bawah Regional Indonesia Timur yaitu zona 11 (Alas Dara Kemuning, Cepu, WMO, Randugunting, Sukowati, Poleng, Tuban East Java), zona 12 (Jambaran Tiung Biru, Banyu Urip), zona 13 (Donggi Matindok, Senoro Toili, Makasar Strait), dan zona 14 (Papua, Salawati, Kepala Burung, Babar Selaru, Semai).
Baca Juga
Perseroan menerapkan tiga strategi unggulan dalam melakukan tugas eksplorasi dan produksi yakni mendukung mencapai target produksi, mendukung transisi energi menuju energi bersih, dan melakukan inovasi dari bisnis baru (new business).
“Operasi industri migas saat ini menghadapi tantangan yang semakin ketat, baik dari kondisi geopolitik, investasi dan peraturan lingkungan yang semakin ketat," tuturnya.
Regional Indonesia Timur juga menghadapi keunikan lain berupa kondisi geografis yang luas dan terpecah ke beberapa pulau dengan karakteristik stakeholder yang beranekaragam.
Arifin menjabarkan guna mengejar target produksi dilakukan optimasi lapangan brownfield dan menggenjot produksi melalui sumur development dan workover. Selain itu, Regional Indonesia Timur juga memiliki peluang dari lapangan baru. “Jadi kalau berbicara sustainability, bisnis di Regional Indonesia Timur ini bagus karena berkesinambungan,” tambah Arifin melalui keterangan tertulis.
Kedua, mendukung transisi energi. Dalam fase transisi energi ini, natural gas memegang peranan penting karena keberadaannya yang dipandang sebagai energi fosil paling bersih.
"Cocok dengan lapangan di Regional Indonesia Timur yang banyak menghasilkan gas, terutama untuk lapangan yang berada di kawasan timur seperti Sulawesi dan Papua," tutur Arifin.
Strategi ini termasuk juga upaya komersialisasi gas dari lapangan marginal dan stranded gas dari beberapa sumur yang dulunya tidak termanfaatkan dengan maksimal. Pemanfaatan stranded gas ini dilakukan untuk menopang keekonomian lapangan.
Stranded gas dikembangkan menjadi Compressed Natural Gas (CNG) untuk memasok industri kecil di Jawa Timur seperti rumah makan atau pabrik berskala kecil menengah.
Strategi terakhir yakni mulai melakukan inovasi dari new business dan memperkuat faktor pendukung. Implementasinya adalah melakukan cost optimization dan operational excellence, transformasi sistem dan digitalisasi, melakukan sinergi dengan entitas Pertamina lainnya di luar Regional Indonesia Timur, dan komersialisasi produk.