Masyarakat FOMO, Kualitas dan Kecepatan Starlink Masih Dipertanyakan

Harusnya peresmian Starlink di hadapan pejabat menjadi tonggak pembuktian kualitas layanannya di Indonesia
Perangkat Starlink. / dok. Starlink
Perangkat Starlink. / dok. Starlink

Bisnis.com, JAKARTA - Harusnya peresmian Starlink di hadapan pejabat menjadi tonggak pembuktian kualitas layanannya di Indonesia. Namun kenyataannya di hadapan para pejabat negara, Starlink perusahaan internet besutan Elon Musk yang digunakan untuk memberikan penjelasan secara online dengan petugas kesehatan dari Puskesmas Bumbung, Nusa Penida, Klungkung, Bali mengalami gangguan. Bahkan beberapa kali jaringan internet Starlink mengalami putus jaringan.

Melihat performa Starlink yang tak memuaskan tersebut, Ardi Sutedja, Ketua dan Pendiri Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) ikut angkat bicara. Menurutnya masyarakat serta pejabat di Indonesia harusnya jangan latah membeli Starlink karena FOMO (Fear of missing out). Sebab disinyalir Starlink gencar untuk gimmick marketing dan endorse influencer dalam menyuarakan kualitas dan kecepatan Starlink di sosial media.

Dengan pengguna hanya sangat-sangat sedikit, kualitas dan kecepatan Starlink dipertanyakan, bagaimana nanti jika sudah banyak masyarakat yang menggunakan Starlink. Kualitas Starlink benar-benar dipertanyakan untuk kondisi Indonesia.

Ardi tak bisa membayangkan jika sudah banyak masyarakat Indonesia dan global banyak memakai Starlink. Dengan banyaknya pengguna Starlink, akan membuat kualitas layanan broadbandnya menjadi lebih buruk lagi.

Berdasarkan pengalaman yang dimiliki sebagai praktisi teknologi telekomunikasi, Ardi mengatakan banyak kendala yang dihadapi teknologi satelit. Terlebih lagi Starlink sangat rentan terhadap halangan pohon atau gedung. Bahkan sinyal bisa gak stabil atau hilang.

Laporan Ookla Research, di November 2023, kecepatan Starlink di Amerika hanya 79 Mbps. Kecepatan ini jauh di bawah layanan AT&T Fiber yang bisa mencapai 325 Mbps. Kecepatan yang diberikan Starlink di Amerika ini juga tak jauh berbeda dengan yang dilakukan di IKN. Dalam uji coba di Hunian Pekerja Konstruksi (HPK), laju internet Starlink hanya mencapai maksimal 80 Mbps.

“Apa yang terjadi di Bali kemarin menunjukan ada masalah di sistem Starlink. Memang Starlink jumlahnya banyak, namun yang tak kita ketahui adalah berapa besar kapasitas mereka untuk layanan ke konsumen ritel. Hingga saat ini Starlink tak pernah mengungkapkan berapa kapasitas sesungguhnya yang mereka siapkan untuk melayani konsumen,”kata Ardi.

Selain Starlink rawan terhadap gangguan cuaca, Ardi menjelaskan perangkat penerima (ground segment) yang dipasarkan di Indonesia merupakan generasi ke 2. Padahal saat ini perangkat penerima yang sudah dikeluarkan Starlink sudah generasi ke 3 dan 4.

“Indonesia hanya menerima generasi ke 2 karena perangkat penerima yang tak laku di pasaran akibat kelebihan stok dijual di Indonesia. Starlink akan menghabiskan stok yang lama terlebih dahulu untuk mengosongkan gudang meski memahami bahwa perangkatnya tidak cocok di Indonesia. Untuk gimmick marketing, maka perangkat penerima yang dijual di Indonesia seolah murah. Jika menggunakan perangkat penerima terbaru harganya lebih mahal Rp 5 juta dari harga perangkat yang saat ini di jual di Indonesia. Harga perangkat Starlink yang dijual di Indonesia saat ini Rp 7,8 juta,”kata Ardi.

Apa yang diutarakan Ardi tersebut sama dengan informasi yang tercantum di situs resmi FirstMedia yang menyebutkan kekurangan Starlink seperti biaya perangkat yang mahal, customer service yang kurang memadai dan sangat tergantung terhadap cuaca.

Dengan harga dan kualitas yang mahal, menurut Ardi layanan Starlink sangat tidak cocok untuk memberikan pelayanan masyarakat dan fasilitas publik di Indonesia terlebih di daerah yang sudah tersedia jaringan fiber optic atau selular. Mungkin untuk di tengah laut yang tak ada jaringan selular dan fiber optic, serta tidak ada halangan pohon layanan Starlink bisa dipergunakan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper