Bisnis.com, SURABAYA - Permintaan produk makanan dan turunannya asal Jepang di Indonesia meningkat, bahkan melampaui kondisi sebelum pandemi Covid-19.
Marketing Manager PT Masuya, distributor consumer goods, Hirohisa Ichihara, mengatakan permintaan kebutuhan harian seperti salmon, daging, bumbu dan kebutuhan harian produk Jepang di Indonesia meningkat. Pertumbuhan tahunan bisa 15%.
"Pada 2022 penjualan kami sudah normal seperti sebelum pandemi, pada 2023 pertumbuhan lebih tinggi," jelasnya di sela-sela temu bisnis yang difasilitasi Konsulat Jenderal Jepang, di Surabaya, Selasa (30/1/2024).
Dia menjelaskan permintaan produk makanan segar maupun bumbu serta pendukung olahan Jepang meningkat dikarenakan kebutuhan. Berbeda dengan produk dari negara lain yang dipengaruhi tren, semisal terpengaruh tayangan drama.
Pernyataan Ichihara sejalan dengan riset yang dipublikasikan Eva Amalijah, Mochammad Fredy, dari Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya. Keduanya menulis perubahan gaya hidup masyarakat yang memiliki pengalaman tinggal atau mengunjungi Jepang menjadi penyebab kemunculan restoran Jepang.
"Sushi, takoyaki, sukiyaki, tempura, udon, ramen dan sebagainya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di kota-kota terutama di Surabaya," tulisnya.
Baca Juga
Seiring dengan populernya makanan dari Negeri Sakura, permintaan bahan dasar makanan yang berkualitas, mengolah dengan baik, dan penyajian yang menjaga tradisi menjadikan makanan Jepang memiliki jati diri yang kuat di dunia kuliner internasional. Terlebih makanan Jepang di Indonesia sudah diperkenalkan sejak akhir 1960-an.
Jurnal itu juga menyebutkan, data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 menyebut terdapat 357 restoran Jepang di Indonesia, yang di antaranya 57 restoran di Surabaya. "Jumlah ini mengalami pasang surut terutama saat pandemi Covid-19," tulis artikel yang dipublikasi Februari 2023 tersebut.
Sake asal Jepang dipamerkan dalam temu bisnis yang digelar di Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya, Selasa (30/1/2024)./Bisnis-Syaharuddin Umngelo.
Jr Sales Manager, Distributor Sake, PT Persada Artha Niaga, Raka Radinta, mengatakan permintaan sake asal Jepang juga naik, bisa tumbuh mencapai 20%-30%. "Karena memang ada beberapa makanan yang cocok dikonsumsi bersanding dengan sake," tuturnya.
Importer Sake dan Sake Sommelier, Haruka Uemura, menjelaskan sake di Jepang memiliki karakter rasa berbeda bergantung pada daerah produsennya. Faktor suhu, proses pengolahan menjadikan kandungan yang dihasilkan juga berbeda. Alhasil kecocokan padu padan makanan dan minuman sangat penting.
Konsulat Jenderal Jepang memfasilitasi pertemuan bisnis antarpelaku usaha dalam dua hari, Senin-Selasa (29-30/1/2024). Hadir dalam pertemuan tersebut pemilik usaha restoran, manager, chef hotel, katering atau profesional yang menangani produk seafood asal Jepang.
Konsul Jenderal Jepang di Surabaya, Konichi Takeyama, menjelaskan penggemar masakan Jepang di Indonesia cukup banyak. Tercermin dari impor dan ekspor antarkedua negara. "Kami memfasilitasi pertemuan agar ada kerja sama," jelasnya.
Dia menjelaskan produk seafood dan bumbu asal Negara Matahari Terbit yang dikirim ke Indonesia merupakan produk khas Jepang. Namun demikian, Indonesia juga mengirimkan produk laut yang khas, seperti ikan bulu babi.
"5% impor seafood Jepang dipasok Indonesia," tuturnya.
Konsul Jenderal Jepang di Surabaya Konichi Takeyama menunjukkan wasabi yang kini dikembangkan di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah./Bisnis-Syaharuddin Umngelo.
Dalam pertemuan yang digelar di kediaman Konsul Jepang di Surabaya tersebut juga dipamerkan beberapa bumbu makanan Jepang yang sudah dikembangkan di Indonesia. Salah satunya wasabi, bumbu khas warna hijau, yang kini dikembangkan di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah.
Takeyama memercayai pertukaran aktif di Industri kuliner ini akan mengarah pada pengembangan lebih lanjut hubungan antardua negara. "Saya berharap hubungan kerja sama antara Indonesia dan Jepang dapat semakin meningkat," harapnya.