Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Jatim Dorong Eksportir/Importir Manfaatkan Transaksi Local Currency

Program LCS ini merupakan satu upaya meningkatkan stabilitas nilai tukar Rupiah, memperkuat resiliensi pasar keuangan dometik.
Ilustrasi. Aktivitas bongkar muat petikemas di TPK Sorong - Papua./Bisnis - Peni Widarti
Ilustrasi. Aktivitas bongkar muat petikemas di TPK Sorong - Papua./Bisnis - Peni Widarti

Bisnis.com, SURABAYA — Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur terus mendorong pemanfaatan transaksi Local Currency Settlement (LCS) oleh para eksportir/importir Jatim guna meningkatkan daya saing perdagangan internasional dan mendongkrak perekonomian.

Kepala Bank Indonesia - Jatim, Doddy Zulverdi menjelaskan, program LCS ini merupakan satu upaya meningkatkan stabilitas nilai tukar Rupiah, memperkuat resiliensi pasar keuangan dometik, dan meningkatkan hubungan perdagangan serta investasi dengan negara mitra.

“Program LCS ini telah ada sejak 2018, dan baru ada 4 negara yang telah mengimplementasikannya yakni Malaysia, Thailand, Jepang, dan China. Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang hard currencies, terutama USD,” katanya, Selasa (21/11/2023).

Dalam program ini, nasabah Indonesia dan nasabah negara mitra dapat membayar/menerima pembayaran dalam mata uang lokal yakni MYR, THB, JPY, CNY maupun IDR. Transaksinya dapat dilakukan tanpa harus melakukan konversi tersebih dahulu ke USD.

“Pelaku usaha yang memanfaatkan transaksi LCS masih belum banyak dan sebagian besar berada di Jawa, termasuk Jatim yang selama ini mengandalkan kinerja ekspor-impor sehingga potensinya masih cukup besar,” ujarnya.

Dalam mapping potensi transaksi LCS di Jatim ini, terdapat sejumlah sektor potensial yang bisa memanfaatkan program LCS di antaranya seperti ekspor-impor produk manufaktur, pertanian dan pertambangan.

Perusahaan di Jatim yang telah memanfaatkan LCS dengan Jepang, di antaranya untuk transaksi perdagangan barang industri listrik, minyak, alat tulis, alat berat, makanan dan minuman, serta mesin. Sedangkan transaksi Jatim dengan China, kebanyakan produk minyak dan gas, stainless steel, batu-bara, nikel, paper processing, dan elektronik serta telekomunikasi.

BI bersama pemerintah dan otoritas jasa keuangan sendiri telah membentuk Satgas Nasional Local Currency Transactions (LCT) karena selama ini penggunaan USD masih sangat mendominasi transaksi perdagangan internasional mencapai 94% (ekspor) dan 78% (impor). Pemerintah juga melakukan MoU pengembangan LCT dengan Singapura, Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan.

BI mencatat, tren volume transaksi LCS nasional pada Januari - September 2023 mencapai US$4,92 miliar naik 54,4% (yoy). Rata-rata bulanan (RRB) transaksi LCS pada periode tersebut tercatat US$547,2 juta/bulan atau naik 67,7% (yoy). Hingga Agustus 2023, persentase penggunaan Rupiah pada transaksi LCS sebesar 29% yang didorong didorong oleh Thailand 65% dan Jepang 31%.

Jumlah pelaku usaha yang memanfaatkan LCS selama Januari - September 2023 tercatat 2.346 nasabah atau naik 34,7% dibandingkan periode sama 2022 yang hanya 1,741 nasabah. Perkembangan pelaku LCS juga meningkat setiap bulannya, misalnya dengan Malaysia bertambah sebanyak 282 pelaku baru.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Zulkipli mengatakan kinerja ekspor Jatim pada Januari - Oktober 2023 tercatat US$17,18 miliar atau turun -15,02% dibandingkan periode sama 2022 yakni US$20,22 miliar.

“Penurunan disebabkan oleh kondisi perekonomian negara mitra dagang utama  Jatim seperti Tiongkok, India, dan Thailand Oktober 2023 tampak menurun nilai manufacturing PMInya, tapi manufacturing PMI Jepang dan Amerika Serikat naik,” katanya.

Dia menambahkan, dalam beberapa bulan sebelumnya kinerja ekspor bulanan Jatim memang menurun, tetapi pada Oktober tercatat US$2,10 miliar atau berhasil naik 11,55% dibandingkan September atau naik 6,25% dibandingkan Oktober tahun lalu.

Adapun pangsa pasar ekspor Jatim sepanjang tahun ini didominasi oleh China US$2,43 miliar, AS US$2,32 miliar, Jepang US$2,28 miliar, negara-negara Asean US$2,83 miliar, dan Uni Eropa US$1,21 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper