Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Besi Beton Terkontraksi Imbas Perlambatan Sektor Properti

Industri baja termasuk produk hilirnya seperti besi beton, waste plate dan scrapt/misroll di sepanjang tahun ini mengalami kontraksi.
Direktur PT Betonjaya Manunggal Tbk (BTON), Andy Soesanto saat memaparkan kinerja industri besi beton dalam paparan publik di Surabaya, Kamis (19/10/2023)./Bisnis - Peni Widarti
Direktur PT Betonjaya Manunggal Tbk (BTON), Andy Soesanto saat memaparkan kinerja industri besi beton dalam paparan publik di Surabaya, Kamis (19/10/2023)./Bisnis - Peni Widarti

Bisnis.com, SURABAYA — Industri baja termasuk produk hilirnya seperti besi beton, waste plate dan scrapt/misroll di sepanjang tahun ini mengalami kontraksi pada kinerja penjualan karena imbas dari perlambatan sektor properti.

Direktur PT Betonjaya Manunggal Tbk (BTON), Andy Soesanto mengatakan sepanjang Januari - Agustus 2023, penjualan BTON tercatat sebesar Rp93,8 miliar turun 5,66% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp99,43 miliar. Pada 2022, BTON mampu mencatatkan penjualan Rp152,1 miliar.

“Meskipun terkontraksi, tetapi kami masih tetap optimistis bisa mencapai target yang telah ditentukan sampai Desember 2023 yakni Rp130 miliar. Kami melihat prospek dan kebutuhan untuk perumahan ke depan masih cukup besar karena besi merupakan bahan baku utama pembangunan,” katanya dalam Paparan Publik BTON di Surabaya, Kamis (19/10/2023).

Dia mengatakan selama ini produk BTON sangat bergantung pada proyek-proyek properti. Ketika penjualan properti melambat, penjualan besi beton pun turut terdampak. Selama ini, sekitar 70% - 80% produk BTON diserap oleh pasar di wilayah Jawa Timur, sisanya diserap pasar di Jakarta dan Indonesia Timur.

“Sampai saat ini properti belum bangkit, jadi kondisi itu imbasnya ke kami. Di samping itu penyebab turunnya kinerja penjualan karena ada selisih kurs dolar di awal tahun dan pertengahan,” ujarnya.

Dia mengatakan, kapasitas terpasang pabrik BTON saat ini sebesar 4.000 ton/bulan bahan baku masuk pengolahan, dan akan menghasilkan barang jadi sekitar 70% - 80% dan sisanya berupa produk lain seperti scrap.

“Dari kapasitas terpasang itu, tingkat utilitasnya masih 40% atau sekitar 1.000 - 1.500 ton/bulan. Secara volume, penjualan sampai Agustus 2023 ini mencapai 12.998 Metric Ton (MT) naik sedikit dibandingkan periode tahun lalu 12.246,11 MT,” imbuhnya.

Sebelumnya, Ketua Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Jatim, Soesilo Efendy mengatakan tahun ini pengembang properti di Jatim memasang target pengembangan proyek naik 30%. 

“Namun di hampir penghujung tahun, jujur saja target yang dipasang belum maksimal. Bisa saja karena tahun politik, tapi sekarang pasar lebih hati-hati karena investasi properti tidak murah. Kalaupun ada penjualan itu karena segmen peminatnya adalah real buyer (end user) yang benar-benar butuh rumah,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper