Bisnis.com, SURABAYA - PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) atau Sugar Co, Sub Holding Gula PTPN III (Persero) Holding Perkebunan Nusantara memproyeksikan bisa memproduksi bioetanol mencapai 34.500 kiloliter (KL) per tahun seiring dengan target produksi gula 965.000 ton pada tahun depan.
Direktur Utama SGN, Aris Toharisman mengatakan SGN terus berupaya mendukung upaya pemerintah dalam mengembangkan produksi bioetanol sebagaimana tertuang dalam Perpres 40/2023.
"Saat ini PTPN juga sedang mengkaji rencana pembangunan 4 pabrik bioetanol bekerja sama dengan Pertamina yang diproyeksikan akan menghasilkan 500 KL per hari atau 150.000 KL per tahun," katanya kepada Bisnis, Selasa (17/10/2023).
Saat ini, lanjutnya, produksi bioetanol oleh PT Energi Agro Nusantara (Enero) anak usaha PTPN X mencapai 100 KL per hari atau 30.000 KL per tahun.
Menurut Aris, faktor yang menjadi tantangan besar dalam pengembangan produksi bioetanol sebagai subtitusi bahan bakar yakni masalah ketersediaan lahan pengembangan dan peningkatan produktivitas tebu. “Bila keduanya teratasi, maka jumlah gula dan juga tetes tebu untuk bahan baku etanol akan meningkat,” katanya.
Industri gula dan produk turunannya, tambah Aris, saat ini butuh dukungan perluasan area lahan tebu, akses sumber pendanaan murah, dan tata niaga yang kondusif.
Baca Juga
“Selain itu juga diperlukan kemudahan investasi, dan penyediaan infrastruktur seperti jalan, jembatan, irigasi/drainase, dan kelancaran transportasi,” imbuhnya.
Seperti diketahui, pendirian SGN dalam rangka restrukturisasi bisnis gula PTPN Grup merupakan salah satu dari 88 Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah guna mendukung pencapaian swasembada gula nasional.
Perusahaan mengkonsolidasi 36 Pabrik Gula Perkebunan Nusantara yang tersebar dari Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Saat ini SGN melakukan upaya-upaya restrukturisasi bisnis gula dan transformasi usaha di sektor pengolahan tanaman tebu (off farm), kemitraan budidaya perkebunan (on farm), peningkatan kesejahteraan petani tebu rakyat serta unit-unit pendukungnya guna meningkatkan kinerja maupun produktivitas perusahaan.
Terpisah, Direktur PT Enero, Puji Setiyawan mengatakan saat ini Enero tengah menyiapkan 1.900 kl bioethanol fuel grade untuk bahan campuran Pertamax Green. “Enero memiliki kapasitas 100 Kilo Liter Per Day (KLPD), lalu sebanyak 50% kapasitas pabrik kami optimalkan untuk memproduksi fuel grade, sisanya kami gunakan untuk produksi ENA Grade,” terang Puji.
Rencananya, pada 2024 sebanyak 70% - 80% kapasitas Enero akan digunakan untuk produksi fuel grade. Peningkatan produksi akan dilakukan seiring dengan besarnya serapan bioetanol dari Pertamina.
“Saat ini, Pertamina baru mengambil 60 KL untuk kebutuhan Pertamax Green, sebagai uji coba di beberapa pom bensin di Surabaya dan Jakarta. Harapannya pengambilan bioetanol fuel grade bisa segera dilakukan secara bertahap dan kontinyu, sehingga Pertamax Green bisa segera diaplikasikan,” ujarnya.
Puji menjelaskan, pencampuran bioethanol dalam bahan bakar kendaraan ini sudah diuji keamanannya, sehingga tidak akan merusak mesin kendaraan. Keberhasilan penerapan bioetanol dalam bahan bakar ini sudah dilakukan di beberapa negara seperti Brazil dan Thailand.
“Bioetanol yang diproduksi Enero berasal dari tetes tebu yang dihasilkan oleh pabrik gula, di mana 4 kg tetes dapat menghasilkan 1 liter bioethanol,” imbuhnya.
Dia optimitis produk bioethanol dari Enero memiliki prospek menjanjikan ke depannya, sebab pemerintah akan merencanakan pembangunan empat pabrik bioetanol di wilayah Sumatra dan Jawa sampai dengan 2028.