Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sarjana Kimia Didorong Lebih Berperan, Begini Penjelasan Menteri ESDM

Menteri ESDM Arifin Tasrif mendorong peran sarjana atau insinyur kimia di Indonesia agar dapat berkontribusi dalam pemanfaatan energi alternatif.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat membaca sambutan secara virtual dalam Annual Meeting Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKKPII) 2023 di Surabaya, Kamis (12/10/2023)./Bisnis - Peni Widarti
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif saat membaca sambutan secara virtual dalam Annual Meeting Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKKPII) 2023 di Surabaya, Kamis (12/10/2023)./Bisnis - Peni Widarti

Bisnis.com, SURABAYA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mendorong peran sarjana atau insinyur kimia di Indonesia agar dapat berkontribusi dalam pemanfaatan energi alternatif atau energi baru terbarukan (EBT).

Arifin mengatakan, peran insinyur kimia ini sangat besar karena ke depan kebutuhan energi akan meningkat. Bahkan pada 2060 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 331 juta jiwa dan kebutuhan energi akan mencapai 519 MTOE (metric ton oil equivalent).

“Hal ini akan diiikuti dengan kondisi produksi minyak dan gas bumi yang tidak akan mencukupi, dan ketahan energi akan terjadi krisis, lalu impor migas juga akan meningkat sehingga dapat membebani negara,” katanya Annual Meeting Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKKPII) 2023 di Surabaya, Kamis (12/10/2023).

Dia menjelaskan, dalam roadmap transisi energi, seluruh kebutuhan energi berbasis EBT dari sektor pembangkit listirk akan mencapai sekitar 700 GW, di mana sebanyak 96 persen berasal dari EBT, dan sebanyak 4 persen merupakan energi baru berupa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), hidrogen untuk industri industri dan transportasi. 

“Dari sisi demand, pemerintah juga telah mendorong program pemanfaatan kendaraan listrik, kendaraan berbahan bakar biofuel hingga electric home appliance,” imbuhnya.

Menurutnya, upaya peningkatan produksi energi tanpa mitigasi akan meningkatkan risiko gas rumah kaca (GRK). Pada 2060, sektor gas rumah kaca pun akan menjadi 2 miliar ton CO2. Untuk itu, dibutuhkan transisi energi yang memanfatakan EBT dengan tetap menjaga ketahanan energi.

Sarjana teknik kimia, lanjutnya, punya peran penting dalam pemanfaatan energi alternatif mulai dari energi surya, panas bumi dan nuklir, hidrogen dan kimia, serta pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) untuk solar dan avtur.

“Saya berharap sarjana kimia dapat berkontribusi siginfikan melalui inovasi dan kreasi dalam menciptakan energi bersih guna mendukung transisi energi Net Zero Emission (NZE) 2060 atau lebih cepat,” imbuh Arifin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper