Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utilitas Industri Furnitur Merosot 50 Persen, Begini Strategi Pengusaha Jatim

Kalangan pengusaha mebel/furnitur Jawa Timur didorong untuk meningkatkan penggunaan mesin berteknologi dalam memproduksi barang.
Dari kiri - kanan, Ketua ISWA Wiradadi Soeprayogo, Direktur PT Wahana Kemalaniaga Makmur (WAKENI) Sofianto Widjaja, dan Ketua Himki Jatim Budianto Budi saat konferensi pers IFMAC & WOODMAC 2023 di Surabaya, Kamis (24/8/2023)./Bisnis - Peni Widarti
Dari kiri - kanan, Ketua ISWA Wiradadi Soeprayogo, Direktur PT Wahana Kemalaniaga Makmur (WAKENI) Sofianto Widjaja, dan Ketua Himki Jatim Budianto Budi saat konferensi pers IFMAC & WOODMAC 2023 di Surabaya, Kamis (24/8/2023)./Bisnis - Peni Widarti

Bisnis.com, SURABAYA - Kalangan pengusaha mebel/furnitur Jawa Timur didorong untuk meningkatkan penggunaan mesin berteknologi dalam memproduksi barang agar dapat meningkatkan daya saing industri yang kini semakin ketat baik di pasar domestik maupun ekspor.

Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jawa Timur, Budianto Budi mengatakan dalam 2 tahun terakhir setelah pandemi ini, industri furnitur cukup tertekan akibat kondisi pasar global yang tengah melambat.

“Akibatnya, tingkat utilitas pabrik mengalami kemerosotan menjadi hanya 50 persen, padahal saat pandemi Covid-19, utilitas kita rata-rata bisa mencapai 100 persen sampai 120 persen atau naik tiga sampai empat kali lipat karena ada permintaan pasar yang meningkat,” jelasnya dalam konferensi pers IFMAC & WOODMAC 2023 di Surabaya, Kamis (24/8/2023).

Dia mengatakan, pada saat pandemi memang banyak orang melakukan aktivitas di rumah sehingga ada kecenderungan masyarakat ingin menata rumahnya dengan berbagai perabotan sekaligus mendukung kegiatannya selama bekerja dari rumah.

“Setelah pandemi berakhir, permintaan pasar kembali turun terutama di pasar ekspor yang permintaannya melemah,” imbuhnya.

Meski begitu, kata Budi, industri mebel dan kerajinan masih punya banyak peluang di pasar domestik yang saat ini bergairah dengan mulai jalannya proyek-proyek properti seperti apartemen, hotel, rumah, pabrikan, sampai dengan proyek besar di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan.

“Selama perekonomian kita masih bagus, maka pasar domestik itu akan jadi market yang penting untuk industri ini,” imbuhnya.

Di Jatim saat ini terdapat tiga segmen industri furnitur yakni manufaktur besar dengan kontribusi sekitar 40 persen dengan pangsa pasar hampir 100 persen ekspor, sisanya sebanyak 60 persen dikontribusi oleh segmen medium/menengah dan industri kecil. Pangsa pasar ekspor furnitur dari Jatim sejauh ini masih didominasi oleh pasar Amerika Serikat dengan kontribusi mencapai 60 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, kinerja ekspor golongan kayu dan barang dari kayu di semester I/2023 tercatat sebesar US$699,57 juta, jumlah tersebut turun -26,89% dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai US$956,92 juta.

Ekspor golongan kayu dan barang dari kayu ini menempati peringkat kedua terbanyak untuk kinerja ekspor Jatim, dengan total kontribusi sekitar 8,63 persen terhadap total ekspor Jatim per Juni 2023.

Ketua Indonesian Sawmill and Wood Working Association (ISWA) atau Asosiasi Pengusaha Kayu Gergajian dan Kayu Olahan Indonesia, Wiradadi Soeprayogo mengatakan di tengah persaingan industri kayu dan furnitur di pasar global yang semakin ketat, pabrikan saat ini dituntut untuk semakin efisien dalam mengembangkan inovasi produk.

“Industri furnitur Indonesia memiliki potensi besar, untuk itu kami ingin mendorong industri agar meningkatkan produktivitas melalui penggunaan mesin berteknologi, di samping perlu dukungan pemerintah dalam mengawal para pelaku usaha,” katanya.

Wiradadi mengatakan, pihaknya mengajak industri kayu dan furnitur di Indonesia untuk mengoptimalkan potensi pertumbuhan industri ini melalui gelaran pameran permesinan kayu dan komponen manufaktur furnitur yakni IFMAC & WOODMAC 2023 pada 20 – 23 September 2023 di JIExpo Kemayoran, Jakarta. 

Selain itu, tambahnya, industri kayu dan furnitur saat ini juga terus berupaya menggali peluang pasar ekspor non tradisional. Salah satunya ke India dan Meksiko. Hanya saja, dalam memasuki pasar ini, industri tetap perlu mengimbangi permintaan pasarnya yang masuk dalam segmen menengah ke bawah.

“Kita mulai coba masuk ke pasar-pasar non tradisional, karena ini adalah pasar-pasar emergency dan ternyata mereka punya bobot yang besar, hanya secara kemampuan di India tidak bisa jual yang high premium, tetapi pasarnya sangat terbuka,” imbuhnya.

Direktur PT Wahana Kemalaniaga Makmur, Sofianto Widjaja menjelaskan IFMAC & WOODMAC 2023 ini merupakan gelaran ke-10 ini akan menghadirkan sekitar lebih dari 200 perusahaan internasional dan lokal ini dengan berbagai produk mesin pengolahan kayu dengan teknologi dan inovasi terbaru dari dalam dan luar negeri yang diyakini akan memperkuat industri furnitur Indonesia.

“Dalam gelaran ini juga akan akan menawarkan peluang bisnis eksklusif di industri furnitur karena pemimpin bisnis lokal dan pasar internasional akan berkumpul di sini,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper