Bisnis.com, SURABAYA - PT Bank Maspion Indonesia Tbk. (BMAS) tahun ini akan mengejar target pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 60,91 persen atau tumbuh senilai Rp5,34 triliun.
Direktur Marketing BMAS, Endah Winarni mengatakan target peningkatan penyaluran kredit ini sejalan dengan rencana dan strategi Bank Maspion pasca diakusisi oleh Kasikorn Vision Financial Company Pte. Ltd (KVF) anak usaha Kasikornbank Thailand sebesar 67,5 persen.
“Dengan target sebesar itu yakni tumbuh 60,91 persen, kami melakukan perubahan operating model, yang dulunya penyaluran kredit secara umum, sekarang kita bentuk kredit segmen, dari segmen korporat, komersial, UMKM hingga ritel,” jelasnya dalam paparan publik, Kamis (15/6/2023).
Dia menjelaskan pada kinerja penyaluran kredit, tahun ini BMAS akan fokus pada kredit UMKM salah satunya melalui strategi loan channeling yakni menggandeng Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan platform Peer to Peer Lending (P2P Lending) untuk mempercepat penyaluran kredit ke segmen UMKM.
“Kerja sama dengan BPR sudah ada beberapa tapi kami terus melakukan penjajakan untuk BPR-BPR lainnya, begitu juga dengan P2P lending sudah ada satu dan akan terus kami kembangkan sebagai alternatif percepatan penyaluran kredit,” ujarnya.
Direktur Operasional Bank Maspion Iis Herijati menambahkan dengan target yang sangat tinggi, BMAS juga meningkatkan kapasitas SDM, baik di marketing maupun operasional.
Hal ini sejalan dengan rights issue akhir tahun lalu bahwa modal inti yang didapat digunakan untuk penyaluran kredit 65 persen, pengembangan teknologi informasi (TI) 25 persen, pengembangan SDM 5 persen dan, perluasan jaringan layanan 5 persen.
Adapun pada 2022, Bank Maspion mencatatkan kinerja penyaluran kredit sebesar Rp8,7 triliun atau naik 6,68 persen dibandingkan 2021 yakni Rp8,2 triliun, serta dengan tingkat kualitas kredit atau Non-Performing Loan (NPL) pada 2022 yakni 1,21 persen atau turun dari posisi 2021 yang sebesar 1,67 persen.
Kinerja BMAS ini juga diiringi dengan capaian Dana Pihak Ketiga (DPK) pada 2022 yakni sebesar Rp10 triliun atau turun 9,05 persen dari 2021 yang sebesar 12 triliun. Meski begitu, tahun ini BMAS menargetkan pertumbuhan DPK bisa sebesar 52,12 persen atau sebanyak Rp5,69 triliun.
“Kami juga memproyeksikan peningkatan pendapatan bunga bersih sejalan dengan peningkatan target bisnis perseroan, baik dari sisi penyaluran kredit maupun DPK. Pendapatan operasional juga diproyeksikan meningkat yang bersumber dari peningkatan fee based income,” imbuh Iis.
Iis menambahkan, untuk mencapai target tersebut tentunya Bank Maspion akan mengimplementasikan teknologi digital di bidang layanan keuangan, salah satunya penyediaan layanan pembayaran QRIS.
“PR kita tahun ini juga adalah bagaimana QRIS bisa digunakan masyarakat dan menyebar ke seluruh Indonesia, tetapi fokus pertama di Jatim sebagai rumah kita seperti Surabaya dan Malang,” imbuhnya.