Bisnis.com, SURABAYA — Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jawa Timur memperkirakan tren permintaan sepatu/alas kaki di pasar domestik dalam beberapa bulan ke depan akan terdongkrak setidaknya 30 persen lantaran adanya momen kenaikan sekolah atau tahun ajaran baru.
Ketua Aprisindo Jatim, Njo Winyoto Gunawan mengatakan proyeksi kenaikan permintaan pasar pada momen tahun ajaran baru anak sekolah ini masih terbilang cukup rendah dibandingkan pada saat kondisi sebelum pandemi Covid-19 atau pada 2019.
“Dulu sebelum pandemi, saat ada momen kenaikan kelas anak sekolah bisa terdongkrak 50 - 60 persen, tapi tahun ini sepertinya masih sulit kembali seperrti dulu. Sekerang mereka sudah mulai liburan sekolah, mudah-mudahan bisa menggairahkan pasar,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (14/6/2023).
Dia mengatakan, sepanjang semester I ini kondisi industri sepatu masih pasang surut alias fluktuatif. Tren permintaan pasarnya pun agak sulit ditebak, terkadang ada kenaikan permintaan, tetapi tiba-tiba permintaannya turun.
“Daya beli masyarakat di pasar domestik saat ini cenderung naik, turun, naik lagi, turun lagi atau fluktuatif dan belum bisa stabil, sehingga sulit untuk ditebak. Kalau sebelum pandemi itu masih bisa kita prediksikan, sekarang agak sulit,” ujarnya.
Meski begitu, lanjutnya, kondisi industri sepatu di Jatim masih cukup aman karena selama ini lebih didominasi menyasar pasar domestik, sedangkan ekspornya tidak terlalu banyak sehingga tidak terlalu terpengaruh oleh situasi global. Tingkat utilitas pabrik sepatu di Jatim pun saat ini sudah berkisar antara 60 - 70 persen.
Baca Juga
“Di Jatim ini masih lumayan aman karena sebagian mereka (industri) punya on branding sendiri untuk produk lokal. Kalaupun ada ekspor, Jatim kecipratan order dari luar karena adanya perang dagang Amerika Serikat dengan China,” ujarnya.
Awi, panggilan akrab Winyoto juga menyebutkan sebelumnya industri sepatu di Jatim sempat khawatir adanya kasus impor sepatu bekas ilegal dari Singapura. Sebab, hal tersebut dapat merusak pasar sepatu di dalam negeri.
Beberapa bulan lalu, temuan sepatu impor ilegal memang belum ditemukan di Jatim tetapi tidak menutup kemungkinan ke depan bisa masuk ke Jatim. Namun, setelah ada temuan kasus tersebut, pemerintah pusat telah mengambil tindakan tegas.
“Oleh pemerintah pusat, kasus tersebut sudah diselesaikan, dan mengambil langkah pencegahan,” imbuhnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor alas kaki asal Indonesia pada 2022 mampu mencapai US$7,74 miliar atau naik 25,15 persen dibandingkan tahun sebelumnya US$6,19 miliar.
Adapun, volume ekspor alas kaki Indonesia sebesar 368.423 ton pada 2022. Jumlah tersebut juga meningkat 18,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya 309.829,3 ton.
Berdasarkan negara tujuannya, Indonesia paling banyak mengeskpor alas kaki ke AS mencapai US$2,61 miliar, disusul Belgia dengan nilai US$861,59 juta, kemudian China tercatat US$848,32 juta. Indonesia juga mengekspor alas kaki ke Jerman dan Jepang masing-masing senilai US$495,79 juta dan US$366,92 juta.