Bisnis.com, SURABAYA — Kalangan industri/pabrik MSG (Monosodium Glutamat) atau biasa yang dikenal sebagai micin dalam negeri melaporkan tren penyerapan pasar MSG mengalami pertumbuhan rerata 2 - 5 persen tahun meski menghadapi sejumlah tantangan.
Ketua Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) Dody S. Widodo mengatakan saat ini kondisi pasar tidak terlalu terdampak meskipun masih kerap menghadapi sejumlah tantangan eksternal seperti isu bahwa mengkonsumsi MSG dapat mengganggu kesehatan.
“Untuk itu kami P2MI terus memberikan edukasi dan informasi kepada masyarakat bahwa MSHG itu aman untuk dikonsumsi karena terbuat dari tetes tebu, jadi jangan sampai tertipu dengan hoax atau berita miring yang tidak benar,” jelasnya seusai mengkampanyekan Cinta Pakai Micin, Why Not? di Surabaya, Selasa (23/5/2023).
Dia mengatakan komoditas MSG dari tahun ke tahun masih tetap bagus bahkan pada saat pandemi Covid-19 tren permintaannya tinggi, yang tidak hanya terjadi di pasar domestik tetapi juga pasar ekspor yang mengalami pertumbuhan permintaan mencapai 3 - 4 persen pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.
“Dari total produksi nasional, kontribusi pasar ekspor sendiri mencapai 17 persen dengan sasaran pasar utama di Asia dan Afrika, sedangkan sisanya dikonsumsi untuk pasar dalam negeri dan pasar secara business to business (B2B),” ujarnya.
Dody memaparkan, saat ini kapitas pabrik MSG nasional khususnya yang menjadi anggota P2MI yakni mencapai 380.000 ton/tahun, dengan tingkat utilitas sekitar 300.000 ton/tahun. Adapun anggota P2MI ini terdiri dari PT Ajinomoto Indonesia, PT Ajinex International, PT Sasa Inti, dan PT Daesang Ingredients Indonesia.
Baca Juga
“Dari total itu secara nasional masih ada idle capacity sebesar 20 persen, jadi kalau misalnya ada kenaikan permintaan domestik, pabrikan masih bisa menggenjot produksinya 20 persen lagi,” katanya.
“Di samping itu, terjadi kenaikan harga bahan baku sekitar 10 - 15 persen yang otomatis meningkatkan biaya produksi. Namun pabrikan belum mengkoreksi harga jual produk tetapi hanya sedikit menekan profit,” imbuhnya.
Menurutnya, hambatan lain yang saat ini masih dihadapi industri MSG yakni soal banyaknya produk MSG impor yang masuk, terutama dari China yang menawarkan harga lebih murah lantaran kapasitas produksi pabrik di China bisa mencapai jutaan ton per tahunnya.