Bisnis.com, SURABAYA — PT Pegadaian (Persero) memproyeksikan penyaluran dana bergulir atau biasa disebut program Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK) bisa terealisasi sebesar Rp20 miliar tahun ini.
Kepala Divisi CSR Pegadaian, Rully Yusuf mengatakan salah satu upaya untuk menyalurkan PUMK tersebut Pegadaian menggandeng AlunJiva Indonesia, sebuah komunitas pendampingan khusus bagi penyandang disabilitas di wilayah Indonesia Timur.
“Sejauh ini Pegadaian sudah banyak memberikan pelatihan dan pendampingan bagi UMKM pada umumnya atau nondisabilitas, dan kali ini kami berikan program pendampingan bagi usaha mikro kecil khusus disabilitas sehingga kami menggandeng AlunJiva,” jelasnya di sela-sela Pelatihan Pegadaian Peduli di Rumah BUMN Surabaya, Senin (22/5/2023).
Dia mengatakan tahun ini program pendampingan usaha mikro kecil bagi penyandang disabilitas ditargetkan di 2 wilayah yakni Surabaya dan Makassar dengan jumlah kuota peserta masing-masing kota sebanyak 20 orang.
Secara total mitra binaan Pegadaian secara nasional hingga saat ini sudah mencapai hampir 5.000-an mitra, dan di Jatim sendiri terdapat sebanyak 600-an mitra binaan.
“Dana bergulir atau dana untuk PUMK yang sudah kami salurkan sejak 2019 - 2021 mencapai Rp70 miliar, dan khusus di Jatim terserap Rp6 miliar. Dana tersebut merupakan outstanding yang sudah berjalan,” jelasnya.
Baca Juga
Rully menambahkan, sejak 2022 memang sudah tidak menyalurkan dana PUMK secara langsung tetapi sekarang menggunakan mekanisme penyaluran kredit melalui BRI. Nantinya daftar mitra-mitra binaan Pegadaian akan diserahkan kepada BRI untuk diberikan penilaian usaha sebelum dana tersebut disalurkan.
Co-Founder Alunjiva Indonesia, Fanny Evrita menjelaskan pelatihan UMKM disabilitas di Surabaya ini akan berlansung selama 6 bulan sejak Mei 2023. Selama tiga hari dilakukan pelatihan secara tatap muka, dan 5 hari dilakukan secara daring, hingga selanjutnya 6 bulan pendampingan.
“Pelatihan yang diberikan kepada teman-teman disabilitas ini misalnya seperti bagaimana menciptakan produk supaya punya nilai jual dan membuat proposal yang punya nilai bisnis dan cara mendapatkan pinjaman modal, serta bagaimana produk tersebut punya eskalasi secara bisnis termasuk bagaimana menjaga kesehatan mental, hingga literasi keuangan,” jelasnya.
Dia menambahkan, sejumlah peserta disabilitas tersebut mayoritas memiliki usaha dengan skill bidang kriya atau kerajinan tangan serta jasa. Sebagai contoh ada yang memiliki jasa pijat, musik, wedding organizer (WO) hingga ada teman tuli yang punya usaha coffeeshop.