Bisnis.com, SURABAYA — Industri semen Tanah Air hingga saat ini disebut masih menghadapi banyak tantangan besar meskipun kondisi perekonomian mulai pulih setelah sebelumnya terimbas pandemi Covid-19.
General Manager of Corporate Communication PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG, Arif Gunawan Sulistiyono mengatakan setidaknya ada tiga tantangan yang harus dihadapi industri semen secara umum saat ini.
“Pertama adalah harga bahan bakar yang tinggi, kemudian tingkat konsumsi yang juga masih tertekan, dan yang ketiga, hyper competition karena banyak pelaku usaha semen yang masuk ke Indonesia dari luar negeri, sehingga industri harus banting-banting harga dengan mengorbankan margin,” jelasnya seusai Merayakan Ramadan SIG Bersama Jurnalis Jatim, Rabu (12/4/2023).
Untuk menghadapi tantangan tersebut, SIG masih akan terus melanjutkan inisiatif efisiensi dan penguatan jaringan distribusi yang sudah dimulai sejak tahun lalu. Strategi tersebut telah terbukti dengan capaian kinerja yang berhasil diraih seperti kinerja laba bersih 2022 yang mencapai Rp2,36 triliun atau tumbuh 15,5 persen (yoy).
“Berkat optimalisasi operasional, laba bersih kita mampu tumbuh 15,5 persen, kemudian kita lakukan efisiensi di tatanan produksi, kita juga melakukan restrukturisasi keuangan, beban keuangan kami tekan, kami kurangi, sehingga EBITDA terjaga dan laba bersih akan kita pertahankan positif tahun ini,” ujarnya.
Arif mengatakan saat ini memang industri menurunkan produksi seiring dengan tren serapan pasar. Di SIG sendiri, utilitas produksi pabrik semen secara konsolidasi saat ini sekitar 70 persen.
Baca Juga
“Utilisasi memang kami kurangi, karena tidak masuk akal ketika konsumsi semen nasional hanya 60 persen lalu kita produksi 100 persen. Ini barang yang gede, dan ini memang dihadapi semua perusahaan semen di Indonesia,” katanya.
Meski begitu, tambah Arif, SIG tetap optimistis ke depan tingkat utilisasi produksi semen SIG akan kembali meningkat, setidaknya dengan adanya proyek besar di Ibu Kota Negara (IKN) baru, yakni Nusantara yang terletak di wilayah Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
“Proyek IKN pasti membutuhkan semen dan beton dalam jumlah banyak. Pada 3 tahun pertama saja, kami perkirakan permintaan semen di IKN butuh jutaan ton semen, belum termasuk beton. Diharapkan proyek ini juga bisa memulihkan industri semen secara umum,” imbuhnya.
Adapun saat ini, tren konsumsi semen SIG sebanyak 70 - 80 persen memang masih ditopang oleh sektor ritel, sisanya dari segmen proyek pemerintah. Arif juga memperkirakan, kinerja penjualan akan mulai terlihat membaik pada kuartal II/2023 ini.
“Semen merupakan barang tahan lama, jadi kalau ingin konsumsinya meningkat maka pendapatan masyarakat harus meningkat, ekonomi membaik. Saya percaya siklus ini akan kembali lagi, harapannya ritel akan meningkat setelah pemulihan ekonomi ini,” imbuh Arif.