Bisnis.com, SURABAYA - PT Pertamina Patra Niaga Region Jatimbalinus turut mendukung upaya konservasi penyu di kawasan Pantai Nipah - Lombok sebagai salah satu bentuk perhatian Pertamina terhadap kerberlanjutan ekosistem bawah laut.
Kiagus Achmad Ario Ditokusumah, Supervisor Pertamina Receiving, Storeage, Distribution (RSD) Depo Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Bandara Internasional Lombok (BIL), mengatakan Pertamina telah memberikan dukungan terhadap konservasi satwa penyu ini sejak 2021 atau telah berjalan selama 3 tahun dengan mengalokasikan anggaran sekitar Rp500 juta.
“Dana tersebut digunakan untuk mensupport rekan-rekan komunitas konservasi di Pantai Nipah ini, seperti untuk pembangunan sarana dan prasarana konservasi penyu, perbaikan kolam penangkaran penyu, dan tempat untuk penetasan telur, sekaligus untuk pengembangan wisata edukasi tentang penyu,” jelasnya di sela-sela kegiatan pelepasan tukik (anak penyu) Pertamina, Kamis (16/3/2023).
Dia menambahkan, program konservasi tersebut banyak menarik perhatian, termasuk bagi Pertamina karena diketahui memang penyu merupakan satwa yang dilindungi dan termasuk dalam hewan purba yang masih tersisa.
Seperti diketahui, semua jenis penyu yang ada di Indonesia dilindungi dengan UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Selain itu, penyu juga termasuk dalam daftar satwa dilindungi menurut PP No.7 Tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.
Penyu merupakan spesies yang telah hidup di bumi sejak jutaan tahun. Penyu seringkali bermigrasi dalam jarak ribuan kilometer menuju daerah tempat makan dan tempat bertelur. Penyu menghabiskan waktunya di laut, tetapi induknya akan menuju ke daratan ketika waktunya bertelur. Induk penyu bertelur dalam siklus 2-4 tahun sekali, yang akan datang ke pantai 4-7 kali untuk meletakan ratusan butir telurnya di dalam pasir yang digali.
Setelah 45 - 60 hari masa inkubasi, tukik muncul dari dalam sarangnya dan langsung berlari ke laut untuk memulai kehidupan barunya. Beberapa ahli mengatakan dari 1.000 tukik hanya akan ada 1 tukik yang mampu bertahan hidup hingga dewasa. Tingkat keberhasilan hidup penyu sampai usia dewasa sangat rendah, para ahli mengatakan bahwa hanya sekitar 1-2 persen dari jumlah telur yang dihasilkan.
Ketua Turtle Conservasion Community (TCC) Nipah, Fikriludin mengatakan konservasi penyu TCC yang terletak di Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara - NTB ini sudah berdiri sejak 2018 dan telah memiliki lebih dari 35 anggota.
“Kami dari komunitas mendirikan konservasi ini karena dulu awalnya 1980-an terjadi perburuan penyu secara besar-besaran, lalu 1990-an dibarengi dengan kerusakan alam akibat aktivitas pengeboman ikan dan potasium sehingga merusak ekosistem bawah laut,” ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, TCC hadir untuk mengembalikan potensi ekosistem bawha laut di sisi Pantai Nipah. Sejak 2018 - 2022, TCC telah mengadopsi sekitar 215.715 butir telur penyu, dari jumlah tersebut hanya sekitar 75 persen yang berhasil menetas melalui sarang semi alami.
Berdasarkan data World Wide Fund (WWF) dan Profauna, di dunia terdapat 7 jenis penyu, dan 6 di antaranya terdapat di Indonesia yakni Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu pipih (Natator depressus) dan Penyu Tempayan (Caretta caretta).
“Di Pantai Nipah konservasi penyu ada 3 jenis, yakni Lekang yang merupakan spesies omnivora, sisik yakni karnivora dan penyu hijau spesies herbivora,” imbuh Fikriludin.