Bisnis.com, MALANG — Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jatim meminta pemerintah melakukan pendampingan terhadap peternak guna mencapai zero penyakit mulut dan kuku (PMK).
Ketua GKSI Jatim, Sulistyanto, mengatakan sampai saat ini vaksinasi pada sapi sudah sampai pada booster pertama, yakni pada November. Booster terakhir diharapkan dapat direalisasikan pada enam bulan berikutnya.
“Jadi vaksinasi butuh empat kali. Realisasinya sudah tiga kali. Saat ini, masuk dalam masa pemulihan sapi,” ujarnya di Malang, Rabu (21/12/2022).
Dalam masa pemulihan sapi perah perlu asupan pakan, nutrisi, obat-obatan, vitamin yang baik sehingga sapi perah segera pulih dan produksi bisa mencapai angka normal dengan total untuk Jatim sekitar 1.300 ton/hari.
Asupan-asupan itu telah dipenuhi dengan bantuan dari pemerintah dan CSR dari industri pengolah susu (IPS).
Dia berharap asupan-asupan tersebut terus dilakukan sampai dengan pada 2030, sesuai dengan target zero PMK yang ditetapkan.
Baca Juga
Jika tidak memungkinkan maka setidaknya sampai produksi susu dapat normal kembali. Saat ini, produksi susu baru di Jatim mencapai 975 ton/hari, jauh menurun dibandingkan produksi sebelum memasuki pandemi PMK yang mencapai 1.300 ton/hari.
Dengan pulihnya produksi susu, kata Sulistyanto, maka diasumsikan peternak sudah bangkit dan mandiri sehingga dapat memenuhi sendiri kebutuhan sapi perah milik mereka.
Adapun yang telah dilakukan peternak melakukan desinfeksi kandang-kandang sapi sehingga dapat mencegah masuknya penyakit PMK.
Sementara program lain yang cukup membantu yaitu realisasi dari ganti rugi oleh Kementan terhadap sapi-sapi yang mati maupun sakit karena PMK. Untuk sapi yang mati, nilai kompensasinya Rp10 juta/ekor.
Uang kompensasi itu, menurut dia, cukup membantu pemulihan tingkat kepemilikan sapi peternak. Namun untuk meningkatkan produksi, masih membutuhkan waktu yang lama karena sapi yang dibeli berupa sapi pedet.
Populasi sapi perah milik peternak anggota koperasi susu di Jatim sebelum pandemi PMK, kata dia, mencapai 240.000 ekor. Jumlah sapi yang mati saat wabah PMK, mencapai sekitar 5 persen.
“Kami berharap pendampingan program dari pemerintah untuk memulihkan kesehatan ternak sapi dan peningkatan produksi oleh pemerintah dan IPS agar terus dilakukan, tidak dihentikan, sampai peternak benar-benar sudah bangkit dan mandiri,” ucapnya berharap.(K24)