Bisnis.com, MALANG — Penduduk miskin Kota Malang tercatat 4,37 persen atau 38.056 jiwa pada Maret 2022 turun 2.006 jiwa bila dibandingkan periode yang sama 2021 yang mencapai 40.062 jiwa.
Kepala BPS Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini, mengatakan dengan demikian persentase penduduk miskin di Kota Malang juga mengalami penurunan dari 4,62 persen pada bulan Maret 2021 menjadi sebesar 4,37 persen pada bulan Maret 2022.
“Garis Kemiskinan di Kota Malang pada Maret 2022 sebesar Rp609.612/kapita/bulan, bertambah sebesar Rp39.374/kapita/bulan atau meningkat sebesar 6,90 persen bila dibandingkan kondisi bulan Maret 2021 yang sebesar Rp. 507.238,” katanya, Senin (19/12/2022).
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Malang pada Maret 2022, sebesar 1,00 mengalami kenaikan sebesar 0,13 poin dibandingkan Maret 2021 yaitu 0,87.
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Malang Maret 2022 sebesar 0,34 mengalami peningkatan sebesar 0,12 poin dibandingkan Maret 2021 yaitu 0,22.
Secara umum, menurut dia, pada periode Maret 2009–Maret 2022, tingkat kemiskinan di Kota Malang mengalami penurunan, perkecualian pada Maret 2020 – Maret 2021.
Kenaikan persentase penduduk miskin pada periode ini dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2020 – Maret 2021 lebih disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia tidak terkecuali Kota Malang.
Wali Kota Malang, Sutiaji, menegaskan Pemkot Malang terus berupaya mengurangi angka kemiskinan meski angkanya sudah relatif rendah. Apalagi sisa penduduk kemungkinan tergolong kemiskinan kronis.
Oleh karena itulah perlu ada kepastian berapa dari jumlah penduduk miskin yang tergolong kemiskinan kronis atau kerak dan non-kronis. Bagi warga yang tergolong miskin non-kronis, maka Pemkot Malang akan mengentaskan.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai laju penurunan tingkat kemiskinan yang moderat dapat menjadi indikasi proses pemulihan ekonomi terus bergeliat sehingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang sempat terpuruk di 2021.
Namun demikian, kata dia, jumlah penduduk miskin yang turun hanya di sekitar angka 2.000-an jiwa masih menyisakan pertanyaan terkait keefektifan program-program yang dilakukan Pemkot Malang dalam penanggulangan kemiskinan.
Kurang sigapnya menjaga inflasi sampai dengan triwulan III/2022, kata dia, membuat penyelesaian kemiskinan tersendat. Inflasi tinggi berdampak pada pengeluaran masyarakat meningkat sehingga mendorong garis kemiskinan lebih tinggi.
Oleh karena itu, dia menyarankan, butuh terobosan baru dan upaya lebih keras untuk mengikis kerak kemiskinan.(K24)