Bisnis.com, SURABAYA - Pengusaha mal di Jawa Timur optimistis tahun depan usaha pusat belanja dan ritel masih akan tumbuh bahkan kembali normal baik tingkat kunjungan maupun okupansi.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jatim, Sutandi Purnomosidi mengatakan di tengah kondisi ekonomi global yang tidak pasti, pengusaha mal dan ritel masih memasang target optimistis seiring dengan kondisi pasar dalam negeri sendiri.
“Meskipun gejolak ekonomi global saat ini sudah sedikit terasa, tetapi saya melihat sampai hari ini mal-mal masih ramai, bahkan seperti ritel-ritel untuk barang sekunder juga mencatatkan pertumbuhan penjualan yang luar biasa dan malah menambah cabang-cabang, apalagi untuk ritel kuliner,” jelasnya, Rabu (14/12/2022).
Ketua APPBI, Alphonzus Widjaja mengatakan di tengah isu resesi tahun depan, pengusaha maupun pemerintah perlu memacu daya beli masyarakat agar perekonomian dapat berputar dan tumbuh.
“Jadi sekarang ini Indonesia seperti dalam nuansa seakan 2023 resesi hingga terjadi kekhawatiran, padahal tidak demikian. Seharusnya kita optimistis dan tetap waspada atau hati-hati, justru jangan sampai rasa khawatir menjadi pengerem daya beli sehingga terjadi resesi,” ujarnya.
Untuk itu, lanjutnya, pemerintah maupun pengusaha perlu memacu sektor ritel mengingat pusat belanja menjadi faktor penting dalam percepatan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi melalui sektor perdagangan.
Baca Juga
“Kita dengan 270 juta penduduk seharusnya punya market yang sangat besar, jadi saya kira kita harus dorong dan pemerintah bisa memahami itu dengan banyak beri bantuan sosial dan subsidi gaji untuk menopang daya beli masyarakt kelas bawah. Kalau ini dijaga terus, perdagangan dalam negeri berjalan, optimistis 2023 akan lebih baik dari 2022,” jelasnya.
Dia menjelaskan saat ini okupansi mal secara nasional rata-rata sudah mencapai 80 persen atau tumbuh 10 persen dibandingkan tahun lalu saat masih pandemi. Bahkan pada saat pandemi 2020 okupansi jeblok 20 persen sehingga tersisa 70 persen.
“Okupansi ritel di dalam mal tahun depan kami yakin bisa mencapai 90 - 100 persen. Begitu juga dengan tingkat kunjungan mal akan melebihi 100 persen sehingga ada potensi pembangunan mal kembali,” jelasnya.
Alphonzus menambahkan, saat ini bahkan sudah ada beberapa developer yang mulai kembali membangun mal baru untuk mengakomodasi kebutuhan ritel dalam waktu 2 - 3 tahun ke depan.
“Memang selama 2020 - 2021 pembangunan mal baru itu berkurang bahkan berhenti karena developer mengerem, tetapi sejak akhir tahun lalu mulai pembangunan lagi,” imbuhnya.