Bisnis.com, MALANG - Perdagangan bursa berjangka komoditas diproyeksikan lebih moncer pada semester II/2022 dengan adanya kenaikan suku bunga bank setral AS Federal Reserve sebesar 75 basis poin.
Pimpinan Cabang PT Bestprofit Futures (BPF) Malang, Andri mengatakan kenaikan suku bunga acuan The Fed jelas akan berpengaruh pada komoditas yang diperdagangkan di bursa berjangka, termasuk Bursa Berjangka Jakarta. Harga komoditas diprediksi menjadi volatile.
“Komoditas yang volatile justru menarik bagi investor perdagangan berjangka sehingga volume transaksi menjadi naik,” ujarnya di sela-sela Program Aksi Donor Darah atas kerja sama PWI Malang dan BPF Malang, Sabtu (18/6/2022).
Karena itulah, dia optimistis, target volume transaksi di BPF Malang sebesar 125.000 lot sampai akhir 2022 akan tercapai. Target volume transaksi sebesar itu berarti tumbuh 20 persen dibandingkan 2021.
Optimisme itu, kata Andri, juga dilihat dari pencapaian sampai dengan pertengahan Juni 2022. Transaksi secara bulanan tumbuh 16,8 persen dengan volume 67.530 lot, sedangkan secara tahunan tumbuh 29 persen pada posisi Mei 2022.
Kenaikan transaksi itu, selain dampak edukasi dan pelayanan dari perusahaan juga dampak perang Rusia-Ukraina. Perang tersebut menciptakan ketidakpastian pada harga-harga komoditas yang diperdagangkan di bursa berjangka, termasuk Bursa Berjangka Jakarta.
Baca Juga
Dari realisasi volume transaksi sebesar itu, kata dia, loco gold menjadi penyumbang terbesar, yakni 79 persen, disusul Indeks Hang Seng 9,5 persen, dolar Australia 5,6 persen, mata uang Euro, Yen, Poundsterling, dan Indeks Nikkei.
Perdagangan berjangka bilateral mendominasi transaksi di BPF Malang dengan kontribusi 82 persen, sedangkan sisanya perdagangan multilateral dengan komoditas gold 100, gold 250, dan minyak olein.
Dari sisi tambahan investor, sampai dengan pertengahan Juni tumbuh 14 persen secara bulanan atau tambahan sebanyak 72 investor, sedangkan secara tahunan tumbuh 21 persen, sebanyak 256 investor.