Bisnis.com, MALANG — Bank Indonesia Malang mengedukasi kaum milenial untuk dapat berinvestasi di saham dengan baik dan benar lewat bedah karya CEO & Founder of Emtrade, Ellen May.
Kepala Perwakilan BI Malang, Samsun Hadi, mengatakan platform digital memudahkan orang untuk melakukan apapun. Semua transaksi bisa dilakukan dengan gawai di mana saja.
“Terkait pembiayaan dan investasi, pembiayaan biasanya lewat perbankan, namun sebenarnya ada instrumen lain. Bahkan pemerintah juga mendorong pemda untuk memperoleh pembiayaan dengan menerbitkan obligasi. Obligasi bisa dibeli lewat online dengan yield biasanya kisaran 6 persen, lebih tinggi daripada deposito,” ujarnya pada Bedah Buku “Smart Traders Not Gamblers” karya Ellen May secara hybrid, Rabu (8/6/2022).
Dengan gawai, kata dia, orang bisa membeli saham, reksadana, bahkan deposito. QRIS juga dapat memanfaatkan gawai.
Dengan pandemi, kata dia, penggunaan digital lebih cepat. Generasi milenial lebih siap, karena lebih adaptif dan inovatif. Sebagian milennial, kata dia, juga masuk di pasar modal. Potensi memperoleh keuntungan di pasar modal, namun pemainnya masih kecil.
Di Indonesia, dia menjelaskan, pasar modal pada masa pandemi masih hijau, tumbuh, terutama pada periode Januari-Mei 2022, padahal di beberapa negara masih merah, belum tumbuh.
Baca Juga
Namun, dia mengingatkan, dalam berinvestasi di pasar modal ada ilmunya. Belajar dari pengalaman Ellen May, maka selain pemahaman dan pengetahuan fundamental tentang saham-saham, juga ada aspek psikologis yang perlu menjadi perhatian.
“Buku tersebut sangat bagus karena dapat memberikan panduan, terutama bagi pendatang baru, yakni milenial di pasar modal. Bisnis ini jelas bukan gamblers, namun smart traders,” ujarnya.
Ellen May mengatakan, buku tersebut ditulis berdasarkan pengalamannya bermain saham, terutama saat mengalami keterpurukan saat terjadi gonjang-gonjing di pasar modal pada krisis ekonomi 2008.
Intinya, kata dia, pengetahuan hal-hal fundamental tentang saham bagus, namun yang tidak kalah penting mengendalikan emosi. Dengan psikologi yang kuat, maka akan dapat memanfaatkan pemahaman fundamental tentang saham menjadi lebih baik.
“Sedangkan jika emosi, maka tidak bagus. Jika orang emosi, maka pilihannya biasanya dua, escape dan fighting,” ucapnya.
Dia juga memberi resep tentang pentingnya visualisasi terhadap saham. Dengan pemahaman secara visual, maka investor akan fokus pada tujuan, tidak melulu pada proses.
Terkait dengan nabung saham, dia mengingatkan, ada salah kaprah terkait istilah itu. Yang dimaksud nabung saham, membeli saham dalam periode tertentu secara konsisten.
“Pada periode tertentu, orang baru sadar bahwa saham yang mereka beli ternyata naik tinggi sehingga memberikan keuntungan yang tinggi,” ucapnya.(K24)