Bisnis.com, SURABAYA - Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur menyebutkan kinerja omset usaha kuliner kembali pulih dan mampu mencapai 70 - 80 persen.
Ketua Apkrindo Jatim, Tjahjono Haryono mengatakan usaha kafe dan restoran di Jatim pada momen Ramadan tahun ini, tepatnya pada minggu kedua dan ketiga sebelum Lebaran telah mengalami pertumbuhan yang signifikan yakni mencapai 30 - 40 persen dibandingkan hari normal.
“Kenaikan yang signifikan ini mendorong omset kita berada di 70 - 80 persen. Kondisi ini semakin membaik dibandingkan pada saat Ramadhan tahun lalu omset kita hanya mampu mencapai 50 persen ke bawah akibat pembatasan aktivitas atau PPKM,” jelasnya di sela-sela Buka Bersama Apkrindo, Kamis malam (28/4/2022).
Dia menjelaskan, peningkatan penjualan kafe dan restoran ini tidak lain karena dipicu oleh adanya momen buka bersama yang telah diizinkan pemerintah, termasuk nanti adanya mudik Lebaran diperkirakan semakin mendongrak penjualan.
“Keputusan pemerintah mengizinkan untuk mudik ini sudah betul, membuka 100 persen kapasitas kunjungan kafe/restoran juga sudah betul. Jadi pemerintah terlihat ingin agar masyarakat itu melakukan kegiatan ekonomi, seperti buka bersama di restoran, berkunjung ke mal, dan berbelanja,” katanya.
Bahkan saat momen mudik Lebaran, kata Tjahjono, Jatim diyakini akan terdampak karena banyak orang yang mudik dari Jakarta menuju ke Jawa Tengah dan Jatim.
“Nah kalau orang mudik, dan kumpul itu pasti akan makan, selesai Salat Idul Fitri pasti makan, atau ke mal. Paling tidak perputaran uang di daerah itu akan terjadi dlam 10 hari ke depan,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, setelah lebaran usai, juga masih terdapat beberapa hari libur atau tanggal merah yang diyakini akan mendorong kinerja usaha kafe dan restoran di kuartal II ini.
“Mei itu masih banyak hari libur, kita berharap ini menjadi efek lonjakan yang signifikan di bidang kuliner. Ini kemudian berlanjut ada libur sekolah,” imbuhnya.
Tjahjono menambahkan, meskipun saat ini sejumlah bahan baku utama kuliner mengalami kenaikan dan berimbas pada kenaikan harga produk kuliner, tetapi hal ini tidak akan terlalu berdampak terhadap daya beli masyarakat di sektor kuliner.
“Memang banyak sekali terjadi kenaikan harga bahan baku seperti minyak goreng, daging ayam, dan sapi, termasuk bahan baku impor seperti kentang sudah naik 10 - 15 persen, tetapi menurut kami masyarakat tetap akan belanja kuliner setelah 2 tahun tidak berlebaran karena pandemi,” ujarnya.