Bisnis.com, MALANG — Mudik menjadi momentum pemulihan ekonomi di daerah di sektor konsumsi dengan didukung realisasi pemberian THR dan gaji ke-13 oleh pemerintah.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Prof Candra Fajri Ananda, mengatakan kegairahan untuk mudik tahun ini sangat tinggi karena Covid sudah mereda. Masyarakat juga tidak mudik dan bertemu keluarga serta sahabat di daerah selama dua tahun bersamaan dengan naiknya Covid-19.
“Apalagi mudik tahun ini pemerintah tidak mensyaratkan harus tes antigen dan PCR bagi yang telah vaksin, semakin menjadikan masyarakat antusias untuk mudik,” ujarnya di Malang, Selasa (19/4/2022).
Dengan adanya aktivitas mudik, dia menegaskan, maka sektor jasa dan transportasi akan terdongkrak. Sektor ini pada gilirannya akan dapat mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, hotel, dan restoran.
Kenaikan BBM Pertamax, dia menilai, diperkirakan tidak terlalu berpengaruh pada antusiasme masyarakat untuk mudik. Demi mudik untuk mengobati rindu pada keluarga dan sahabat di kampung, maka adanya kenaikan biaya sedikit dalam belanja bahan bakar untuk kendaraan pribadi tidak akan menjadi masalah.
Masyarakat antusias untuk mudik, terutama bagi ASN, TNI, dan Polri, karena pemerintah memberikan gaji ke-13 dan THR. THR dan gaji ke-13 bagi ASN, TNI, dan Polri tahun ini, mencapai sekitar Rp25 triliun. Belum lagi THR bagi karyawan swasta.
Baca Juga
Dengan dana sebesar itu jika diasumsikan semuanya dipergunakan untuk konsumsi saat mudik, dia menegaskan, sangat signifikan dalam pertumbuhan ekonomi di daerah.
Namun, dia mengingatkan, momentum Lebaran harus diperhatikan terkait inflasi. Bagaimanapun, naiknya tingkat konsumsi biasanya selalu diiringi dengan meningkatnya inflasi.
Dia memperkirakan, inflasi tahunan pada April mencapai 2,5 persen, masih dapat ditoleransi peningkatannya. Apalagi jika dibandingkan dengan angka inflasi di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris yang angkanya sudah tinggi dipicu kenaikan bahan bakar.
Oleh karena itulah, libur Lebaran tahun ini bisa menjadi momentum dalam kebangkitan ekonomi di daerah yang dipicu dari kegiatan mudik dengan sektor konsumsi sebagai pendukungnya.
Sumbangan sektor konsumsi pada pertumbuhan ekonomi nasional, kata Candra, sangat tinggi, 60 persen. Dalam ekonomi yang dibayangi kontraksi, sumbangan konsumsi yang tinggi tetap positif.
Namun dari sisi penyerapan pekerja, sektor ekonomi konsumtif memang tidak banyak menyerap tenaga kerja. Sedangkan sektor ekonomi produktif, pertumbuhannya lebih berkualitas dan tinggi serta menyerap banyak tenaga kerja.(k24)