Bisnis.com, SURABAYA - Perusahaan pialang PT Bestprofit Futures Cabang Surabaya (BPF) memprediksi harga emas akan terus mengalami koreksi setelah sempat melambung tinggi karena berbagai faktor.
Pimpinan Cabang BPF Surabaya, Kiki Kurniadin berpendapat bahwa perang Rusia dan Ukraina mendorong harga emas mencapai level tertinggi dalam 8 bulan terakhir di harga US$2.070/toz pada awal Maret 2022.
“Meski penguatan tersebut tak bertahan lama karena sanksi ekonomi yang dijatuhkan Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Rusia, emas sempat terjungkal ke level US$1.894/toz,” katanya dalam rilis yang diterima Bisnis, Rabu (23/3/2022).
Namun, lanjutnya, sanksi tersebut rupanya malah meredupkan pertumbuhan ekonomi global dan memicu inflasi serta instabilitas terhadap berbagai harga komoditas seperti pasokan energi, biji-bijian gandum dan logam lainnya.
“Selain itu, efek multiplier lain adalah harga minyak yang melompat tinggi, diiringi dengan pelemahan dolar AS bersama dengan imbal hasil treasury,” katanya.
Kiki mengatakan, menjelang akhir Maret 2022, harga emas kembali mengalami terkoreksi di area US$1910/toz - US$1950/toz karena harga dolar kembali menguat menyusul bantuan AS terhadap Ukraina dalam bentuk pendanaan miliaran dolar.
Baca Juga
Dia melanjutkan, ke depan prediksi emas akan terus mengalami koreksi hingga level US$1.800/toz karena isyarat The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin akibat melonjaknya inflasi AS.
“Meskipun kebijakan The Fed bakal menentukan harga emas, namun konflik Rusia-Ukraina tetap menjaga posisi harga emas untuk tetap bertahan di level yang tinggi. Bahkan jika situasinya semakin memanas, bukannya tidak mungkin harga emas akan melesat jauh lagi,” imbuhnya.