Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Pasar Ekspor Jatim Diyakini Bakal Menguat

Saat ini kondisi perekonomian di Indonesia, khususnya di Jatim semakin menunjukkan perbaikan mendekati kondisi sebelum pandemi sehingga berdampak terhadap kinerja ekspor Jatim ke depan.
Ilustrasi./Bisnis-Himawan L Nugraha
Ilustrasi./Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, SURABAYA - Kalangan pengusaha Jawa Timur meyakini kinerja ekspor Jatim tahun ini bakal melaju lebih kencang seiring dengan permintaan pasar luar negeri terhadap produk-produk Jatim.

Ketua Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha (Forkas) Jatim, Eddy Widjanarko mengatakan saat ini kondisi perekonomian di Indonesia, khususnya di Jatim semakin menunjukkan perbaikan mendekati kondisi sebelum pandemi. Hal itu, juga berdampak terhadap kinerja ekspor Jatim ke depan dengan tren permintaan pasar yang meningkat.

“Ekspor kita saat ini membaik karena yang kita hadapi bukanlah market, dan bukan masalah keuangan, tetapi masalah kita adalah pandemi virus, kena lockdwon dan PPKM. Ini artinya kalau 2022 tidak ada lockdown, dan bisa bekerja dengan baik maka ekspor kita pasti meningkat, apalagi permintaan pasarnya sangat bagus,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (17/1/2022).

Hanya saja, lanjutnya, saat ini yang mungkin masih membuat kekhawatiran pengusaha adalah adanya varian Omicron yang dikhawatirkan akan mengganggu kinerja jika pemerintah melakukan pembatasan kegiataan terutama produksi dan distribusi barang, apalagi jika pengusaha terlanjur menerima order.

“Di sisi lain, masih ada masalah logistic chain yang menjadi tantangan kita. Permintaan pasar luar negeri meningkat pesat, dan sebetulnya kontainer itu tidak langka, tetapi masalahnya kontainer yang masuk Indonesia itu kondisinya kosong, akhirnya biaya bahan bakar kapalnya dibebankan kepada pengusaha dan tarif kontainer pun menjadi sangat mahal,” jelasnya.

Untuk memenuhi permintaan pasar luar negeri, saat ini banyak pabrik hanya bisa menunggu kedatangan kontainer untuk bisa mengirim barang pesanan. Akibatnya, perputaran uang di pabrik tersebut tidak bisa berjalan dengan baik.

“Jadi banyak pabrik-pabrik yang harusnya sudah ekspor tetapi harus menunggu kontainer, terutama pabrik kayu itu karena memang pasarnya sedang bagus di sana. Harusnya dia sudah bisa memutar uang, tetapi karena tarif kontainer mahal berapa ratus persen, jadi mereka memilih menunggu sampai mendapatkan tarif yang murah,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper