Bisnis.com, SURABAYA - PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), perusahaan financial tecnology (fintech) peer to peer lending (p2p) yang berfokus pada pemberdayaan perempuan pengusaha mikro optimistis sampai akhir tahun ini bisa mengejar target penyaluran kredit di wilayah Jawa Timur yang mencapai Rp500 miliar.
Chief Commercial Officer Amartha, Hadi Wenas mengatakan secara Nasional target penyaluran kredit UMKM tahun ini sebesar Rp2,5 triliun. Hingga September, Amartha telah menyalurkan kredit usaha mikro ini sebesar Rp1,6 triliun.
“Dan ini masih ada waktu 3 bulan terakhir yang akan kita optimalkan penyalurannya. Setidaknya di Oktober ini tercapai Rp305 miliar, lalu November juga sekitar Rp300 an miliar,” ujarnya dalam Media Update Amartha, Jumat (15/10/2021).
Dia mengatakan dari target penyaluran kredit usaha di Jatim sebesar Rp500 miliar tersebut, hingga September telah terealisasi sebesar Rp320 miliar, dengan outstanding Rp235 miliar, serta jumlah mitra di Jatim sebanyak 170.000 mitra, dan tingkat NPL di bawah 1 persen.
“Selama pandemi seluruh sektor memang terdampak penurunan, termasuk bagi peer to peer lending kami yang anjlok mulai April, Mei, Juni 2020, tetapi sekarang sudah recovery, dan di Jatim kinerjanya cepat sekali meningkat,” katanya.
Wenas menyebutkan rerata borrower atau penerima pinjaman sebagai mitra binaan yang menerima kredit usaha mikro ini, sebesar 60 persen bergerak di sektor perdagangan, misalnya seperti warung makan, toko kelontong, warung pulsa, warung kopi dan pedagang sayur, selanjutnya dikontribusi oleh sektor pertanian kecil dan industri rumah tangga.
Baca Juga
Dia menambahkan potensi pengembangan UMKM di Jatim masih sangat besar dan stabil di tengah tantangan pandemi. Hal ini terlihat dari catatan tingkat pengembalian atau repayment rate di Jatim yang mencapai 98,17 persen setelah Juni 2020. Sebanyak 5 daerah dengan repayment rate tertinggi yakni 97 - 100 persen, di antaranya adalah Pacitan, Surabaya, Ponorogo, Magetan dan Gresik.
“Memang perolehan ini sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan provinsi lain di luar pulau Jawa yang mencapai 99 persen. Namun, mengingat kondisi pandemi Covid-19 di Jawa lebih tinggi, perolehan ini sebetulnya sudah cukup baik dan bisa ditingkatkan seiring dengan perbaikan ekonomi pasca pandemi,” ujarnya.
Wenas mengungkapkan perkembangan bisnis Amartha di Jatim juga tidak terlepas dari adanya kolaborasi yang sinergis dengan sektor perbankan. Salah satunya sengan Bank Jatim, yang telah bergabung sebagai pendana institusi di Amartha sejak tahun lalu.
“Bank Jatim saat itu berkomitmen menyalurkan pendanaan sebesar Rp500 miliar melalui Amartha untuk mendongkrak potensi UMKM di Jatim dan beberapa daerah lainnya. Selain itu juga ada kerja sama dengan BPR Pujon Jawa Makmur yang punya komitmen pendanaan Rp3,2 miliar, dan BPR Nusumma Rp12 miliar,” jelasnya.
Untuk memastikan perkembangan UMKM dan menjaga kualitas pinjaman dari para mitra, Amartha menjalankan strategi dengan mengkombinasikan sistem online-offline atau sistem hybrid.
“Pada sistem online, kami optimalkan penggunaan teknologi machine learning untuk menentukan credit scoring yang akurat, yang berfungsi untuk menganalisa kemampuan bayar peminjam, melalui data historikal pengembalian pinjaman, tingkat kehadiran dalam majelis, hingga analisa psikometri,” jelasnya.
Sedangkan pada sistem offline, Amartha mengerahkan tenaga lapangan yang bertanggung jawab untuk memonitor perkembangan usaha para mitra di pedesaan. Khusus di Jatim, Amartha didukung oleh lebih dari 900 orang tenaga lapangan yang mengelola 111 poin di berbagai kabupaten.
“Mereka ini memberikan edukasi literasi keuangan dan digital, memonitor kehadiran peserta dalam majelis, dan membantu para mitra di pedesaan untuk mendapatkan layanan keuangan inklusif,” imbuhnya.