Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Pelayaran Surabaya Optimistis Iklim Bisnis Membaik, Ini Pemicunya

Prinsip dalam bisnis pelayaran adalah ship follow the trade, yakni jika perdagangan membaik maka sektor transportasi laut juga akan mengikuti.
Nahkoda mengoperasikan kapal tunda (tug boat) untuk menarik kapal kargo yang akan berlayar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur./Antara-Didik Suhartono
Nahkoda mengoperasikan kapal tunda (tug boat) untuk menarik kapal kargo yang akan berlayar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur./Antara-Didik Suhartono

Bisnis.com, SURABAYA - Kalangan pengusaha pelayaran di Jawa Timur optimistis kinerja bisnis pelayaran hingga akhir tahun ini bisa semakin membaik seiring dengan kondisi industri dan perdagangan yang juga mulai meningkat.

Ketua Indonesia Shipowners’ Association (Insa) Surabaya, Stenvens Handry Lesawengen mengatakan prinsip dalam bisnis pelayaran adalah ship follow the trade, yakni jika perdagangan membaik maka sektor transportasi laut juga akan mengikuti.

“Imbas diterapkannya PPKM sangat dirasakan pengusaha transportasi karena kita mengangkut hasil perdagangan. Kalau kinerja perdagangan turun, otomatis barang yang kita angkut juga turun,” katanya, Jumat (8/10/2021).

Dia melanjutkan, selama pelaksanaan PPKM banyak industri yang mengurangi kegiatan produksi di pabrik, termasuk bagi sektor pelaku UMKM sehingga pengusaha angkutan pun terimbas.

Selama pandemi, katanya, penurunan yang dirasakan pengusaha pelayaran berkisar 10 - 20  persen. Penurunan tersebut sebenarnya sudah lebih baik dibandingkan prediksi awal yakni bisa turun sampai 50 persen.

“Tapi ternyata tidak sebesar perkiraan kami. Proses adaptasi ke new normal life memang cukup berat meskipun kerja dari rumah dan produksi tidak berjalan 100 persen, tetapi penurunan kinerja tidak sebesar perkiraan kami,” jelasnya.

Stenvens mengatakan masih terkendalinya kinerja industri sektor pelayaran ini juga disebabkan masih tingginya kebutuhan konsumen terutama di Indonesia timur terhadap produk-produk dari Jatim.

“Seperti diketahui, perusahaan pelayaran dari Surabaya itu sebanyak 80 persen melayani rute ke Indonesia timur,” imbunya.

Tantangan lain yang masih dihadapi pengusaha pelayaran selain pandemi yakni, ketidakseimbangan antara suplai dan demand kapal pelayaran sehingga terjadi perang tarif bertahun-tahun. 

Dengan kondisi itu, tidak sedikit pengusaha yang akhirnya menjual kapal dan menutup perusahaan. Saat ini, anggota Insa Surabaya tercatat ada 250 perusahaan pelayaran, dengan total kapal mencapai 6.000 an unit.

Di sisi lain, usaha pelayaran termasuk industri yang high risk yakni dengan investasi yang sangat besar tetapi tingkat ketidakpastiannya sangat tinggi. Dengan kondisi itu, 

“Berbeda dengan investasi atau aset seperti properti, kalau kapal memiliki risiko seperti tabrakan, tenggelam, dan lainnya yang tidak bisa diprediksi,” katanya.

Meski begitu, tambah Stenvens, pengusaha terus berusaha bertahan dengan kondisi saat ini dengan melakukan berbagai efisiensi, termasuk penggunaan teknologi yang menjadi kunci bisnis ke depan.

“Pelayaran juga berharap ada relaksasi dari pemerintah. Kalau sekarang ada relaksasi pembayaran biaya-biaya di pelabuhan bisa dibayar dalam jangka waktu satu bulan, kalau dulu dalam waktu satu minggu harus dibayar. Pelonggaran ini membuat kami lebih bisa mengatur cashflow perusahaan,” imbuhnya.

Terpisah, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Jatim, Budi Hananto mengatakan akselerasi net ekspor antar daerah sejalan dengan peningkatan kinerja konsumsi mitra dagang domestik utama Jatim.

“Net ekspor antar daerah Jatim mengalami perbaikan dengan tumbuh 59,55 persen (yoy) pada kuartal II/2021, atau meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 50,91 persen (yoy). 

Menurutnya, peningkatan kinerja net ekspor antar daerah ini sejalan dengan percepatan vaksinasi Covid- 19 ke berbagai daerah sehingga mendorong aktivitas sektor-sektor ekonomi produktif, kenaikan business confidence pelaku usaha, dan peningkatan permintaan masyarakat. 

“Mitra dagang domestik utama Jatim, khususnya wilayah Sulampua dan Nusa Tenggara, kembali mengalami tren peningkatan konsumsi rumah tangga yang direspons dengan peningkatan lapangan usaha industri pengolahan dan perdagangan,” imbuhnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper