Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jatim Deflasi 0,11 Persen, Anjloknya Harga Telur Jadi Pemicu

Jatim mengalami deflasi disebabkan oleh turunnya harga-harga bahan pokok makanan yang diperkirakan akibat adanya pembatasan kegiatan masyarakat yang menyebabkan turunnya daya beli atau konsumsi.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat pada September 2021 Provinsi Jawa Timur mengalami deflasi 0,11 persen yang banyak didorong oleh turunnya harga-harga bahan pokok makanan seperti telur ayam ras, cabai, dan tomat.

Kepala BPS Jatim Dadang Hardiwan mengatakan dari 8 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim, seluruhnya mengalami deflasi. Tertinggi tercatat dialami oleh Banyuwangi sebesar 0,16 persen, dan deflasi terendah terjadi di Kota Malang 0,02 persen.

“Namun secara tahun kalender yakni September 2021 terhadap Desember 2021, Jatim mengalami inflasi 1,21 persen, dan secara tahun ke tahun yakni September 2021 terhadap September 2020, Jatim mengalami inflasi 1,92 persen,” jelasnya dalam paparan virtual BRS, Jumat (1/10/2021).

Dia mengatakan seluruh Ibu kota di Pulau Jawa pada September lalu juga mengalami deflasi, yang tertinggi terjadi di Serang dan Yogyakarta, sedangkan yang terendah terjadi di DKI Jakarta dan Surabaya.

Menurutnya terjadinya deflasi tersebut disebabkan oleh turunnya harga-harga bahan pokok makanan yang diperkirakan akibat adanya pembatasan kegiatan masyarakat yang menyebabkan daya beli atau konsumsi menurun.

“Seperti diketahui harga komoditas telur ayam ras dalam beberapa bulan ini mengalami penurunan harga yang cukup tajam, dan pasokan telur di peternak masih melimpah karena tingkat penyerapan pasarnya kurang,” ujarnya.

Adapun sejumlah komoditas penyumbang deflasi Jatim pada September 2021 di antaranya adalah telur ayam ras yang turun harga hingga -14,15 persen, disusul cabai rawit -33,79 persen, bawang merah -12,32 persen, tomat -11,88 persen, ikan mujaer -7,19 persen, tempe -2,48 persen, cabai merah -12,74 persen, tongkol -3,97 persen, bawang putih -3,52 persen, dan tahu mentah -1,52 persen.

Sementara sejumlah komoditas yang menyumbang inflasi atau mengalami kenaikan harga di antaranya seperti daging ayam ras hargnya naik 4,37 persen, disusul minyak goreng 1,91 persen, sop 7,40 persen, rokok kretek filter 0,77 persen, obat dengan resep 1,54 persen, angkutan udara 0,61 persen, bensin 0,14 persen, kopi siap saji 3,93 persen, gulai 4,74 persen dan kubis 27,81 persen.

Dadang menambahkan kondisi deflasi Jatim ini juga sejalan dengan kondisi sejumlah sektor terhadap indikator Nilai Tukar Petani (NTP) pada September yang mengalami penurunan, di antaranya seperti NTP hortikultura dari 94,58 pada Agustus menjadi 92,14 pada September atau turun -2,59 persen.

Begitu juga dengan NTP Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) turun -0,69 persen dari 101,24 menjadi 100,54, serta NTP Peternakan turun -0,68 dari 99,82 menjadi 99,15. Nilai tukar petani yang berada di bawah angka 100 menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima petani lebih kecil dibandingkan biaya hidup yang harus dikeluarkan petani/peternak.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper