Bisnis.com, MALANG - Ekonomi Malang Raya bakal menghadapi tantangan berat pada triwulan III/2021 karena periode tersebut diawali dengan PPKM yang memengaruhi mobilitas masyarakat.
Kepala OJK Malang Sugiarto Kasmuri mengatakan dengan struktur ekonomi yang didominasi konsumsi masyarakat, maka tantangan yang dihadapi tentu tidaklah ringan untuk mewujudkan pertumbuhan yang sejalan dengan pemulihan ekonomi.
“Meskipun sudah dilakukan, masing-masing pemerintah daerah sangat diharapkan untuk terus dapat menggenjot belanja daerah dalam menggerakkan roda ekonomi guna mempercepat laju pemulihan ekonomi daerah,” ujarnya di Malang, Jumat (6/8/2021).
Adapula fenomena suku bunga yang rendah tidak diikuti dengan meningkatnya permintaan kredit di perbankan. Menurutnya secara umum beberapa asesmen selama masa pandemi, suku bunga kredit ternyata memiliki pengaruh yang relatif kecil terhadap pertumbuhan kredit.
Pertumbuhan kredit pada masa pandemi ini lebih dipengaruhi tingkat risiko kredit. Kenaikan permintaan kredit perbankan, baik konsumsi, modal kerja ataupun investasi, akan mendorong daya beli, gairah usaha, dan tambahan investasi, khususnya investasi langsung.
Aktivitas ini pada akhirnya dapat menciptakan efek pengganda a.l pendirian pabrik baru, penyerapan tenaga kerja, permintaan bahan mentah, kenaikan hasil produksi, peningkatan daya beli, kenaikan pembayaran pajak, dan lain-lain.
Baca Juga
Siklus ini, ujung-ujungnya adalah pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi akan mendorong investasi baru. Investasi baru akan merangsang permintaan kredit baru, mendorong konsumsi, daya beli, dan seterusnya. Proses efek pengganda itulah yang memberi efek rembesan pada pertumbuhan ekonomi, baik pada level daerah maupun nasional.
Sugiarto berpendapat dalam mengantisipasi dampak ekonomi dari adanya pandemi ini, berbagai macam kebijakan stimulus moneter dikeluarkan Bank Indonesia dan pemerintah. Dari supply side policy, OJK mengeluarkan relaksasi. Sementara itu, dari demand side policy, OJK berperan turut mengawasi governance lembaga jasa keuangan dalam menyalurkan berbagai program stimulus.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Wildan Syafitri mengatakan dengan adanya inflasi 0,11 persen pada Juli di Kota Malang menunjukkan daerah tersebut masih ada geliat ekonomi. Namun dengan dengan inflasi yang rendah, belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi sulit masuk dalam kondisi seperti itu.
Oleh karena itu, Pemda diminta mewaspadai dampak bertambahnya pengangguran dengan kondisi ekonomi yang seperti itu. Pemda memberikan kelonggaran pada ekonomi akar rumput, yakni UMKM. Selain itu, bantuan sosial berupa bantuan tunai maupun sembako perlu digencarkan.
“Program vaksinasi perlu dipercepat agar segera tercipta herd immunity sehingga dapat menggerakkan sektor ekonomi. Vaksinasi tidak hanya pada satu wilayah, namun diupayakan setidaknya wilayah aglomerasi karena mobilitas masyarakat biasanya dinamis di wilayah tersebut,” ujarnya.(K24)