Bisnis.com, SURABAYA - Provinsi Jawa Timur pada April 2021 mengalami inflasi 0,10 persen. Inflasi disebabkan kenaikan harga sejumlah bahan pokok makanan selama Ramadan seperti daging ayam ras, cabai merah, dan minyak goreng.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Dadang Hardiwan mengatakan dari 8 kota dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim pada April lalu, semuanya mengalami inflasi.
“Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep 0,53 persen, dan inflasi terendah terjadi di Banyuwangi yakni 0,02 persen,” jelasnya dalam paparan Berita Resmi Statistik (BRS), Senin (3/5/2021).
Dia mengatakan kelompok makanan, minuman dan tembakau serta pakaian biasanya turut andil dalam inflasi, terutama menjelang momen Lebaran.
Sejumlah bahan makanan yang turut andil mendorong inflasi Jatim yakni daging ayam ras yang harganya naik 5,9 persen, ayam hidup naik 8,45 persen, cabai merah naik 10,48 persen, ketupat lontong 9,14 persen, dan minyak goreng naik 1,36 persen.
“Selain itu harga semangka juga mengalami kenaikan 9,21 persen, apel naik 4,47 persen, pepaya naik 5,98 persen, lalu harga emas perhiasan 1,53 persen dan biaya pemeliharaan atau servis naik 1,2 persen,” jelasnya.
Dadang menambahkan meski sejumlah bahan pokok makanan menjadi faktor pendorong inflasi April, terdapat sejumlah komoditas lain yang turut menghambat inflasi atau disebut deflasi.
Sebanyak 10 komoditas pendorong deflasi adalah:
- menurunnya harga cabai rawit sebesar -26,05 persen, disusul beras -067 persen
- bawang Merah -6,75 persen, tempe -1,58 persen, ikan mujair -3 persen, mobil -029 persen
- kangkung -4,29 persen, kacang panjang -7,45 persen, harga terong -5,32 persen
- tarif kendaraan online roda empat -1,97 persen
“Menurunnya harga beras ini juga seiring dengan adanya panen raya sehingga pasokan beras di Jatim melimpah sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan Lebaran, bahkan mengalami surplus,” imbuhnya.