Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gempa Malang Rusak 14.988 Rumah, Bakal Diajukan Dapat Perbaikan

Sebanyak 2.580 rumah rusak berat, 5.228 rusak sedang, dan 7.180 rusak ringan. Belasan ribu rumah rusak tersebut tersebar di sejumlah daerah.
Rumah warga di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, rusak karena getaran gempa bumi yang mengguncang dengan kekuatan Magnitudo 6,7 di Barat Daya Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021)./Antara
Rumah warga di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, rusak karena getaran gempa bumi yang mengguncang dengan kekuatan Magnitudo 6,7 di Barat Daya Kabupaten Malang, Sabtu (10/4/2021)./Antara

Bisnis.com, SURABAYA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur mencatat jumlah rumah yang rusak akibat gempa bumi yang berpusat di Kepanjen, Malang, 10 April lalu mencapai 14.988 unit.

Kepala Pelaksana BPBD Jatim Yanuar Rachmadi mengatakan BPBD bersama pemkab/pemkot telah melakukan update data real terkait kerusakan rumah akibat gempa beberapa waktu lalu. Jumlah tersebut akan diajukan untuk mendapat bantuan perbaikan atau rekonstruksi.

“Alhamdullilah ada laporan dan disepakati tim BPBD dan PU. Datanya ini yang dipakai untuk laporkan ke Pemprov dan ke Jakarta [pemerintah pusat],” ujarnya, Senin (26/4/2021).

Pendataan rumah rusak akibat bencana dilakukan dengan spesifik di bawah pengawasan BNPB dan Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR. Hal itu dilakukan guna memastikan kategori kerusakan rumah dan biaya yang dibutuhkan.

“Ini kan luasan tiap rumah berbeda, jadi memang pendataan ini harus spesifik sekali, dicek yang mana kategori ringan, sedang dan berat,” ujarnya.

Berdasarkan data final, dari total 14.988 unit yang rusak, sebanyak 2.580 rumah rusak berat, 5.228 rusak sedang, dan 7.180 rusak ringan. Belasan ribu unit rumah rusak tersebut tersebar di sejumlah daerah.

“Untuk yang sudah kita ajukan itu ada di Lumajang sebanyak 3.346 unit, Malang 10.528 unit, Blitar 860 unit, Tulungagung 94 unit, Trenggalek 149 unit dan Jember 57 unit,” imbuhnya.

Yanuar mencontohkan kategori rumah rusak sedang yakni kerusakan pada bangunan mencapai 40 persen, dan 60 persen masih bisa dipergunakan. Hanya saja, dengan kondisi sedang tersebut, para korban justru masih trauma untuk kembali ke rumah.

“Jadi misalnya rusak sedang, dengan kondisi dinding-dinding retak semua, mereka trauma untuk tinggal di situ, sehingga untuk sementara mereka buat rumah darurat di dekatnya,” imbuhnya.

Dia menambahkan sebagian warga terdampak bencana sudah mulai membersihkan rumah secara mandiri, dibantu TNI/Polri, pemerintah, dan relawan. 

“Kalau masyarakat mampu, mereka mulai rekonstruksi ulang, tapi mindset-nya sudah ingin membangun rumah yang tidak permanen agar aman berdasarkan jenis material yang dipakai seperti dari kayu atau baja ringan atau galvalum,” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper