Bisnis.com, SURABAYA - Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Jawa Timur tahun ini memproyeksikan bisa membangun proyek rumah subsidi setidaknya sama seperti tahun lalu sekitar 8.000 - 10.000 unit.
Ketua REI Jatim Soesilo Efendy mengatakan optimisme terhadap sektor properti di tengah pandemi ini sejalan dengan mulai bergeraknya aktivitas ekonomi di masyarakat, serta adanya harapan terhadap program vaksinasi pemerintah guna pencegahan Covid-19 yang lebih luas.
“Memang pandemi ini semua berjalan tidak sesuai yang diharapkan, realisasi rumah subsidi tahun lalu hanya mampu tercapai 50 persen dari target. Tetapi kita sudah melewatinya 1 tahun ini dan pemerintah tanggap melalui program vaksin yang rencananya untuk seluruh masyarakat. Artinya sektor ekonomi akan kembali bergairah,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (16/2/2021).
Selain itu, lanjutnya, pembatasan sosial kini dilakukan lebih kecil dan terfokus pada zona saja yakni melalui Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro sehingga diharapkan tidak menghambat kegiatan ekonomi.
“Tapi menurut saya, apapun properti itu tetap menarik karena jika dulu orang beli rumah untuk tinggal dan juga untuk investasi saja, tetapi sekarang pasar telah berubah,” katanya.
Menurutnya, dalam pandemi ini kebutuhan rumah untuk tinggal atau disebut pasar end user akan lebih berpotensi besar untuk digarap. Tak heran, kata Soesilo, saat ini mulai banyak pengembang yang masuk ke pasar rumah di bawah Rp1 miliar di segmen rumah komersial.
Baca Juga
“Bahkan untuk segmen ke bawah lagi, banyak yang mengembangkan rumah dengan harga pasar di bawah Rp500 juta. Kebanyakan pengembangannya juga mengarah ke daerah Mojokerto, Lamongan dan Pasuruan,” jelasnya.
Sedangkan untuk daerah Surabaya sekitarnya yang memiliki harga lahan lebih mahal, maka pengembang menggunakan strategi lain yakni memperkecil luas bangunan seperti menyasar segmen rumah tipe 70 atau 80 m2.
“Dengan ukuran yang lebih kecil, lalu tingkat dua, dengan desain yang modern dan nyaman, dan memenuhi kebutuhan tren saat ini yakni bisa untuk tinggal dan bekerja,” imbuhnya.
Namun begitu, lanjut Soesilo, ada tantangan lain dalam merealisasikan proyek properti baik komersial maupun rumah subsidi seperti perbankan yang juga lebih ketat dalam menyalurkan kredit rumah guna menjaga kualitas kredit nasabah atau NPL.
“Kalau secara perizinan saat ini semua sudah berjalan cukup baik, walaupun kadang ada kendala. Namun dengan kondisi seperti ini, pengembang juga akan berusaha untuk mencari pembeli dan meyakinkan pembeli terhadap produknya,” imbuhnya.