Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petani Jatim Didorong Terapkan Manajemen Tanaman Sehat

Manajemen tanaman sehat ini dilakukan di sektor pertanian Jatim lantaran adanya degradasi lahan, konversi lahan pertanian, penurunan produktivitas, perubahan iklim, penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia sintetis.
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bisnis.com, SURABAYA - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur mendorong petani untuk menerapkan Manajemen Tanaman Sehat (MTS) guna meningkatkan produktivitas tanaman pangan maupun hortikultura, sekaligus menekan biaya produksi sampai 30 persen.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistyo mengatakan saat ini pemerintah sedang gencar melakukan sosialisasi melalui kegiatan MTS ke sentra-sentra produksi pertanian.

“Kegiatan MTS ini merupakan upaya sosialisasi kepada petani agar mau menerapkan budidaya tanaman sehat berdasarkan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT), mulai dari pengelolaan agroekosistem di suatu hamparan dengan terintegrasi, berkelanjutan hingga aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya,” jelasnya, Kamis (19/11/2020).

Dia menjelaskan dalam memantau program program ini, pihaknya melakukan Temu Lapang Hasil Penerapan MTS pada 19 November 2020 di 3 desa di Madiun yaitu Desa Klorogan, Desa Slambur dan Desa Sumberjo dengan luas hamparan masing-masing 50 ha.

“Penerapan MTS ini tidak bisa dilakukan secara parsial, oleh karena itu desa menjadi pusat kegiatan yang disebut dengan PKPM (Posko Kedaulatan Pangan Mandiri),” jelasnya.

Hadi menjelaskan perlunya program MTS ini dilakukan di sektor pertanian Jatim lantaran adanya degradasi lahan, konversi lahan pertanian, penurunan produktivitas, perubahan iklim, penggunaan pupuk anorganik dan pestisida kimia sintetis, serta adanya serangan hama dan penyakit tanaman.

“Diharapkan dengan MTS, petani mampu mengamati serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) lebih dini, dan tau cara pengendaliannya sehingga tidak perlu menggunakan pestisida kimia. Selain itu diharapkan mampu membuat sendiri pupuk organik, pestisida nabati,hingga Agens Pengendali Hayati (APH),” imbuhnya.

Selain itu, tambahnya, petani bisa menekan biaya produksi hingga 30 persen yaitu dengan pengurangan penggunaan pupuk kimia dan pestisida kimia, termasuk lokasi MTS dengan penataan agro-ekosistem bisa berpotensi menjadi edu-agrowisata untuk masyarakat desa.

“Kami berharap program MTS ini bisa diterapkan juga di daerah lain agar petani bisa menjaga produksi tanaman pangan dan hortikultura pada taraf tinggi, stabil dan berkelanjutan,” imbuh Hadi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim pada tahun ini, Jatim telah menempati peringkat pertama sebagai produsen padi terbesar di Indonesia.

Tercatat produksi padi Jatim meningkat 0,44 juta ton dari 9,58 juta ton pada 2019 atau tercatat proyeksinya menjadi 10,02 juta ton tahun ini. Dari produksi itu, Jatim pun mengalami peningkatan surplus yakni dari tahun lalu surplusnya hanya 1,28 juta ton, tahun ini proyeksi surplus mencapai 1,50 juta ton.

Adapun daerah dengan produksi padi tertinggi berada di Kabupaten Lamongan 870.000 ton, Kabupaten Ngawi 830.000, dan Kabupaten Bojonegoro 740.000 ton. Sedangkan daerah dengan tingkat kenaikan produksi tertinggi ada di Kabupaten Ponorogo yakni sebesar 74.610 ton ton, Kabupaten Ngawi 52.277 ton, dan Kabupaten Bojonegoro 45.324 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler