Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arus Kas Keluar di Jatim Melambat 17,9 Persen, Inflow Naik 26,6 Persen

Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur (BI Jatim) mencatat tren pergerakan arus uang kas yang keluar atau outflow di Jatim pada kuartal II/2020 mengalami perlambatan akibat kondisi pandemi Covid-19.
Tumpukan uang pecahan Rp100.000
Tumpukan uang pecahan Rp100.000

Bisnis.com, SURABAYA - Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur (BI Jatim) mencatat tren pergerakan arus uang kas yang keluar atau outflow di Jatim pada kuartal II/2020 mengalami perlambatan akibat kondisi pandemi Covid-19.

Dalam laporan perekonomian Jatim per Agustus 2020 menyebutkan, pada kuartal II/2020 jumlah uang yang keluar atau outflow sebesar Rp24,1 triliun atau turun 17,9 persen jika dibandingkan kuartal I/2020 yang mencapai Rp29,4 triliun.

Sementara itu arus uang kas yang masuk ke BI melalui perbankan atau inflow mengalami peningkatan 26,6 persen yakni dari Rp18,6 triliun pada kuartal I/2020 menjadi Rp23,5 triliun pada kuartal II/2020.

Difi Ahmad Johansyah, Kepala BI Jatim mengatakan pada kuartal II/2020 terlihat uang yang masuk ke BI lebih tinggi dibandingkan uang yang keluar. Kondisi ini disebabkan oleh adanya kebijakan pengurangan aktivitas penukaran uang secara fisik untuk meminimalkan persebaran Covid-19.

“Penurunan outflow yang tejadi di Jatim ini sejalan dengan menurunnya kebutuhan uang kertas dan logam selama pandemi sebagai dampak penerapan PSBB,” ujarnya, Selasa (29/9/2020).

Meski tren outflow melambat, pada kuarta II yang bertepatan dengan momen Ramadhan dan Lebaran, terlihat arus uang masuk dan keluar di Jatim masih berada pada posisi net-outflow (uang yang keluar lebih banyak daripada uang masuk) yakni sebesar Rp593 miliar.

Kondisi itu mencerminkan bahwa masyarakat masih membutuhkan uang layak edar (ULE) untuk kebutuhan Lebaran meski tidak sebesar tahun lalu dengan posisi net-outflow Rp1,98 triliun.

Outflow tertinggi terjadi di BI Kantor Perwakilan Jatim sebesar Rp9,1 triliun, Kantor Perwakilan Jember Rp5,6 triliun, Kantor Perwakilan Malang Rp5,0 triliun dan Kantor Perwakilan Kediri Rp4,4 triliun.

Difi menambahkan selama pandemi di kuartal II itu pun tercatat layanan kas keliling juga turun 100 persen. Dari semula Rp31,8 miliar di kuartal I/2020 menjadi Rp0 di kuartal II sebagai tindak lanjut atas kebijakan PSBB dan larangan berkumpul.

Situasi pandemi pun tampaknya juga telah menekan jumlah uang tidak layak edar (UTLE) maupun peredaran uang palsu. Pada kuartal II/2020 jumlah UTLE mencapai Rp4,8 triliun atau turun 40,7 persen dibandingkan kuartal I/2020 yakni Rp8,1 triliun.

“Hal ini mencerminkan bahwa uang yang beredar di masyarakat pada periode ini masih dalam kondisi layak edar. Penurunan rasio UTLE terhadap inflow ini dipengaruhi oleh berkurangnya jumlah UTLE dan meningkatnya aliran uang yang masuk ke BI,” imbuhnya.

Sementara itu temuan uang palsu yang dilaporkan oleh perbankan/masyarakat turun 99,9 persen, dari 6.707 lembar uang palsu pada kuartal I menjadi hanya 8 lembar uang palsu pada kuartal II.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper