Bisnis.com, SURABAYA - Harta telur ayam ras di Jawa Timur terus merosot Rp500-Rp700 per kilogram setiap hari sejak 25 Agustus 2020, karena pasar diserbu telur infertil atau telur HE (hatched egg).
Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Jatim, Rofiyasifun mengatakan sebelum 24 Agustus 2020, harga telur ayam ras di tingkat petani masih cukup baik dan normal Rp19.500-Rp20.000/kg. Namun setelah 25 Agustus hingga saat ini per harinya turun rerata Rp500 - Rp700.
"Faktor terbesar karena adanya telur breeding farm yang tidak ditegaskan dan di digelontorkan ke pasar. Selain itu sejak Maret juga identik dengan permintaan pasar yang turun," katanya, Kamis (3/9/2020).
Meski begitu, lanjutnya, selama pandemi tingkat permintaan masih cukup bagus terutama karena ada tambahan permintaan untuk program bantuan sosial, Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Rofiyasifun berharap pemerintah memberikan kebijakan yang melindungi semua peternak ayam petelur maupun ayam broiler atau pedaging. Menurutnya, penyelamatan broiler juga jangan sampai merugikan ayam layer.
"Karena telur yang batal ditetaskan dengan kebijakan cutting 123 juta butir telur breeding per bulan, seharusnya tidak dilakukan, yang dipangkas harusnya parent stock (PS) broiler yang menghasilkan telur itu, agar telur tidak berlebih dikarenakan impor grand parent stock (GPS) atau bibit pada 2018-2019," ujarnya.
Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan Kementerian Pertanian, telur ayam infertil dilarang untuk diperjualbelikan. Hal ini sesuai Peraturan Menteri Pertanian No.32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.
Telur ayam infertil adalah telur ayam yang telah dibuahi oleh pejantan untuk tujuan menjadi bibit anak ayam atau day old chicken (DOC), tetapi dalam proses pengeraman tidak berhasil menetas. Isu merembesnya telur infertil ke pasar ini terjadi sejak Maret lalu dan dampaknya masih dirasakan peternak ayam petelur hingga saat ini.
Dalam kesempatam berbeda, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan telur ayam ras pada Agustus 2020 memang menjadi salah satu komoditas penyumbang deflasi di Jatim. Telur pada periode tersebut mengalami perubahan harga turun 2,47%.
"Ada 5 komoditas yang telah menahan laju inflasi Jatim 0,04%, yakni daging ayam ras turun 9,93%, bawang merah turun 18,08%, telur ayam, tomat turun 15,12% dan udang basah turun 1,65%," jelasnya.
Berdasarkan data BPS Jatim, Nilai Tukar Petani (NTP) Agustus 2020 mengalami penurunan 0,38% dibandingkan Juli 2020. Hampir semua sub sektor NTP turun, kecuali tanaman pangan dan nelayan.
"Untuk NTP peternakan turun 1,86 persen, yakni dari 101,68 menjadi 99,79. Seperti diketahui, indikator NTP di bawah angka 100 berarti petani tidak sejahtera secara ekonomi karena pengeluaran lebih besar dari pendapatan," jelasnya.
Dari pantauan Bisnis melalui Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, harga ayam ras di tingkat konsumen per 3 September 2020 rerata Rp21.907/kg. Dibandingkan harga pada 30 Agustus 2020, tercatat mencapai Rp22.308/kg, harga ini menurun jika dibandingkan pada 26 Agustus 2020 yakni Rp22.835/kg.