Bisnis.com, MALANG — Inflasi di Kota Malang pada Juli 2020 yang mencapai 0,06 persen mengindikasi bahwa ekonomi di daerah tersebut mulai menggeliat di era pandemi Covid-19.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang Azka Subhan Aminurridho mengatakan inflasi pada Juli 2020 untuk Kota Malang tercatat 0,06 persen sementara Jawa Timur dan nasional mengalami deflasi masing-masing sebesar -0,29 persen (mtm) dan -0,10 persen (mtm).
“Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi bahwa ekonomi Kota Malang perlahan mulai menggeliat di tengah masa pandemi Covid-19,” katanya di Malang, Selasa (4/8/2020).
Sebagaimana prediksi sebelumnya, kata dia, bahwa di triwulan III/2020 ekonomi Kota Malang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan II/2020. Tidak selalu inflasi dipandang sebagai suatu dampak yang negatif bagi perekonomian, namun inflasi juga dapat menjadi pemantik di tengah kondisi ekonomi yang cenderung melambat.
“Sejauh ini andil terhadap inflasi sebagian besar berasal dari komoditas inflasi inti terutama harga emas perhiasan,” ucapnya.
Hal ini sebagai dampak transmisi dari masih tingginya harga emas global yang diyakini sebagai safe haven di tengah kondisi ekonomi global yang belum pulih. Selain itu harga telur ayam ras juga menjadi penyumbang inflasi dengan kenaikan harga hingga 7 persen akibat tingginya permintaan di Juli 2020 untuk memenuhi kebutuhan penyaluran bansos.
Namun demikian, inflasi Juli 2020 sedikit tertahan dengan turunnya harga dari beberapa komoditas volatile food seperti daging ayam ras dan bawang merah serta turunnya tarif angkutan udara.
Dengan tetap mempertimbangkan potensi risiko ke depan, serta kontribusi positif kebijakan pemerintah dan koordinasi yang kuat antara pemerintah daerah dan BI, KPw BI Malang tetap optimistis realisasi inflasi Kota Malang akan berada pada kisaran 3 +/- 1 persen sesuai target inflasi 2020.
Seperti diketahui, kenaikan harga cabai rawit a.l menjadi pendorong utama inflasi di Kota Malang pada Juli yang mencapai 0,06 persen.
Kepala BPS Kota Malang Sunaryo mengatakan selain cabai rawit yang naik 17,36 persen, komoditas yang mendorong inflasi Kota Malang pada Juli 2020, diantaranya komoditas emas perhiasan sebesar 4,34 persen, telur ayam ras sebesar 7,26 persen, dan biaya taman kanak-kanak sebesar 3,57 persen.
“Komoditas utama yang tercatat mengalami penurunan harga, diantaranya adalah harga daging ayam ras turun sebesar 5,83 persen, tiket angkutan udara turun 3,01 persen, bawang merah 17,96 persen, dan bawang putih 13,28 persen,” katanya.
Dari sisi pengelompok pengeluaran, pada Juli 2020, perawatan pribadi, dan jasa lainnya tercatat sebesar 1,77 persen.Selain kelompok tersebut, kenaikan juga terjadi pada kelompok pengeluaran pendidikan sebesar 0,40 persen, penyedia makanan dan minuman sebesar 0,07 persen, dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,03 persen.
"Tujuh kelompok pengeluaran lainnya, mengalami deflasi," katanya. Tujuh kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi tersebut, yakni kelompok pakaian dan alas kaki deflasi sebesar 0,04 persen, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04 persen, dan makanan, minuman, dan tembakau deflasi 0,06 persen.
Deflasi juga terjadi pada kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,15 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,18 persen, transportasi 0,24 persen, dan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,34 persen.
Inflasi tahun kalender Kota Malang mencapai sebesar 0,94 persen, sementara untuk inflasi tahunan sebesar 1,21 persen.(K24)