Bisnis.com, SURABAYA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau Bank BTN Kanwil 3 (Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara) terus berupaya mengejar realisasi penyaluran Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen (KPR/KPA) sampai akhir tahun yang ditarget mencapai Rp3 triliun.
Kepala BTN Wilayah Jatim, Bali, Nusra, Nuryanti mengatakan salah satu upaya untuk menggerakkan kembali sektor properti yang telah terpukul akibat pandemi Covid-19 ini adalah menjalin kerja sama dengan Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Jatim.
“Bank dan pengembang harus solid meskipun dalam situasi dan kondisi pandemi seperti sekarang. Kami, pihak bank maupun developer tetap optimistis kendala di semester II ini bisa diatasi bersama dengan kolaborasi,” jelasnya saat kegiatan silahturahmi REI Jatim – BTN, Selasa (4/8/2020).
Dia mengatakan bahkan BTN sendiri tahun ini belum melakukan revisi target penyaluran KPR sambil melihat situasi, apalagi sejak Juni - Juli roda perekonomian Jatim juga sudah mulai bergerak perlahan.
“Terus terang saya belum koreksi target, karena menurut saya biarkan pasar properti kencang dulu saat ini. Kita akan lihat kondisinya, toh situasi ekonomi juga sudah perlahan naik. Jadi intinya kami on the track saja,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Nuryanti, dari data REI Jatim potensi penyaluran KPR khususnya rumah subsidi di Jatim tahun ini ada sekitar 8.000 unit. Jumlah itu pun diyakini bisa bertambah sehingga BTN bisa ikut menggarap pendanaan proyek maupun kredit bagi end user.
Baca Juga
“Dalam kuota kami sendiri pun seharusnya bisa menyalurkan kredit untuk 17.000 unit rumah subsidi dengan harga rumah kisaran Rp150 juta,” imbuhnya.
Ketua REI Jatim, Soesilo Efendy menambahkan pengembang yang tergabung dalam REI tahun ini seharusnya menaragetkan bisa membangun sebanyak 10.000 unit rumah subsidi. Namun akibat pandemi, pembangunan sekaligus proses KPR tertunda dan hanya mampu terealisasi sebanyak 30 persen dari target.
“Memang developer menyadari bahwa mencari user saat pandemi tidak mudah, karena semua terkonsentrasi pada kesehatan. Kita juga sadarbank juga akan lebih hati-hati dalam menyalurkan kreditnya baik kepada developer maupun nasabah sehingga kondisi ini membuat target pembangunan rumah subsidi semakin sulit,” ujarnya.