Bisnis.com, MALANG — Anak-anak perlu diberikan alternatif permainan tradisional karena dinilai positif, menantang, tidak membosankan daripada dibebaskan bermain gadget karena akan menurunkan daya kognisi dan dan kemampuan sosialisasi mereka di era Covid-19.
Pakar Psikologi Bermain Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Iswinarti mengemukakan wabah yang sudah berlangsung sekitar lima bulan di Indonesia berdampak pada terbatasnya ruang bermain anak. Bahkan pada momen Hari Anak Anak Nasional pada 23 Juli 2020 lalu.
“Sebenarnya kita tidak perlu melakukan ceremonial berlebihan, ya. Justru ada keprihatinan dan kepedulian yang harus kita tunjukkan saat ini berkaitan dengan anak. Usia anak selalu identik dengan aktivitas bermain dan mengeksplorasi lingkungan sekitar mereka,” kata Iswinarti di Malang, Jumat (24/7/2020).
Adanya pandemi, kata dia, tentu sangat membatasi ruang gerak anak untuk melakukan hal tersebut. Apalagi anak usia sekolah, durasi pandemi yang tidak pasti menjadikan anak mulai merasa jenuh, menolak mengerjakan tugas sekolah, bahkan ada yang jam tidur dan makannya mulai terganggu.
Apa yang harus dilakukan orangtua dalam situasi seperti itu, kata dia, orangtua harus mengambil perannya. Peran krusial orangtua dalam situasi ini adalah peka mengamati perubahan-perubahan tersebut dan menghadirkan ruang bermain bagi anak meski hanya di sekitar rumah.
Dia mengingatkan, dalam situasi seperti itu, orang tua bukan memberikan akses sebesar-besarnya bagi anak untuk bermain gadget karena bisa menurunkan daya kognisi dan kemampuan sosialisasi anak, apalagi pembelajaran di sekolah sudah banyak menggunakan gadget.
Baca Juga
Dalam kondisi ini anak-anak dinilai membutuhkan alternatif permainan. “Permainan tradisional saat pandemi sangat mungkin dilakukan. Seperti bekel, congklak lidi, dan engklek, itu permainan yang sangat menantang dan tidak membosankan," ucapnya.
Dia juga mengimbau orangtua yang harus bisa mendampingi dan bermain bersama anaknya di rumah. Sebab permainan tradisional itu tidak hanya sekedar bermain, tetapi cara asyik membangun karakter anak dan menjadikan aktivitas bermain sebagai fasilitas belajar.
“Dari permainan itu anak bisa belajar berhitung, melatih kesabaran, ketelitian, dan mengambil keputusan, manfaatnya luar biasa,” ujarnya. (K24)