Bisnis.com, MALANG — PG Krebet Baru - PT PG Rajawali I melakukan diversifikasi usaha dengan mengembangkan produk-produk berbasis tebu.
Staf Sertifikasi dan Pengembangan Quality Control PG Krebet Baru Robi Nugroho Mulyono mengatakan produk hasil diversifikasi usaha yang sudah diproduksi dan dipasarkan, yakni produk makanan dan minuman olahan berupa sari tebu, brown sugar, dan kecap.
“Produk makanan dan minuman olahan berbasis tebu yang kami produksi semuanya diterima pasar, namun yang diproduksi agak banyak dan paling diminati pasar saat ini, yakni sari tebu,” katanya di Malang, Senin (20/7/2020).
Sari tebu produksi PG Krebet Baru, kata dia, mempunyai keunggulan kompetitif karena belum ada sari tebu dalam kemasan di pasar. Bila dibandingkan dengan sari tebu dari giling tebu di pinggir jalan, jelas sari tebu produksi PG dibawah PT PG Rajawali I itu lebih higienis karena diproses dengan cara yang sehat dan bersih, juga tanpa menggunakan bahan kimia.
“Tebu yang digunakan juga jenis khusus, yakni jenis marote dan PS 862 dengan keunggulan warna, rasa yang lebih kuat dan aroma yang khas, menjadikan lebih menarik,” ujarnya.
Saat ini, produksi sari tebu PG Krebet Baru mencapai 100-200 liter/hari dengan kebutuhan bahan baku tebu sebanyak 1-2 kuintal/hari. Pangsa pasar sari tebu, selain Malang Raya, juga berhasil menembus pasar Surabaya, Yogyakarta, Klaten, Cirebon, Blitar, dan Bondowoso.
Baca Juga
Sedianya jika pandemi Covid-19 sudah mereda maka pasar sari tebu akan diperluas, baik kota maupun gerainya. Jika saat ini sari tebu hanya dijual di toko-toko kelontong, namun ke depan akan diperluas a.l di gera-gerai milik KUD, bank-bank, restoran, sekolah-sekolah, dan perguruan tinggi dengan sistem konsinyasi.
PG Krebet Baru akan berinvestasi dengan menyediakan lemari es (showcase). Selain itu, pengolahan juga menggunakan mesin ultra high temperature (UHT) agar produk bisa bertahan lama. Satu mesin UHT, filling, dan bottling dibutuhkan investasi Rp600 juta.
“Begitu juga produksinya, tentu akan ditingkatkan. Berapa produksi maupun nilai investasinya, masih dihitung berdasarkan tren respons dari konsumen,” ujarnya.
Produk sari tebu dikemas dalam botol 290 ml dan cup 120 ml, namun ada juga produk curah ukuran 1 liter, 5 liter, dan 19 liter.
Dia optimistis, produk sari tebu akan diminati pasar karena mempunyai nilai kemanfaatan, yakni higienis dan dan sehat, mengandung flavonoid sebagai antihiperglikemia (anti kadar gula darah tinggi), mengandung gula alami tebu yang tidak cepat menaikkan gula darah, mengandung antioksidan sebagai penangkal radikal bebas dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh, serta serat pangan berfungsi mengontrol berat badan rendah kalori.
"Tahun ini kami targetkan omzet bisa mencapai Rp800 juta karena masih dalam tahap pengembangan pasar," ujarnya.
Produk lain, brown sugar. Menurut dia, berbeda dengan produk brown sugar yang beredar berbahan aren, produk yang sama dari PG Krebet Baru itu menggunakan bahan tebu sehingga lebih gurih dan flavor-nya lebih menarik, harum.
Produk yang diserap hotel, restoran, café, dan industri makanan dan minuman itu baru diproduksi 100 kg/hari dengan pasar Surabaya, Madiun, Bali, dan Malang Raya.
Produk lainnya, kecap. Kecap yang diproduksi juga berbeda dengan kecap yang beredar karena gulanya menggunakan gula kristal, bukan gula aren. “Produksinya masih kecil karena baru mulai dikenalkan ke pasar. Resepnya kami peroleh dari Prof Sardjono, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM yang berhasil membuat resep untuk salah satu produk kecap premium,” ujarnya.
Ke depan, diversifikasi usaha dengan memanfaatkan bahan baku tebu akan terus dikembangkan. Akan segera menyusul, produksi gula cair dan tetes dalam kemasan.
“Pengembangan semua produk tersebut melihat situasi, terutama terkait dengan pandemi Covid-19. Intinya, jika ekonomi bergerak, tentu potensi pengembangan produk akan lebih berpeluang,” ucapnya.(K24)