Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

22 Dokter Pendidikan di RSUD Soetomo Terpapar Covid-19, Ini Langkah Pemkot Surabaya

Jika pelacakan eksternal tidak segera dilakukan, kondisi itu dapat berbahaya bagi masyarakat.
Petugas melintas di depan pintu masuk Ruang Isolasi Khusus (RIK) RSUD Dokter Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (24/1/2020)./Antara-Moch Asim
Petugas melintas di depan pintu masuk Ruang Isolasi Khusus (RIK) RSUD Dokter Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (24/1/2020)./Antara-Moch Asim

Bisnis.com, SURABAYA - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya melacak 22 dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang diduga terpapar Covid-19 saat menjalani PPDS di RSUD Dr. Soetomo, Kota Surabaya, Jatim.

Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Sabtu (20/6/2020), mengatakan setelah mendapat informasi itu pihaknya langsung mendatangi RSUD dr. Soetomo untuk berkoordinasi dan memastikan hal tersebut.

"Kita dari gugus tugas selalu melakukan 'tracing' (pelacakan). Tadi ke RSUD dr. Soetomo untuk melakukan 'tracing' eksternal," kata Feny, sapaan akrab Febria Rachmanita.

Berdasarkan keterangan pihak rumah sakit, kata dia, mereka sudah melakukan pelacakan secara internal. Namun, kata dia, untuk pelacakan eksternal pihak rumah sakit meminta bantuan kepada Pemkot Surabaya.

Meski begitu, Feny menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu data-data pendukung dari pihak manajemen rumah sakit untuk kebutuhan pelacakan.

"Kami akan melakukan 'tracing' eksternal setelah mendapatkan data dari RSUD dr Soetomo. Datanya kita masih menunggu. Setelah pertemuan tadi, besok (kami, red.) akan bersurat kalau misalnya datanya belum ada," ujarnya.

Feny yang juga Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya itu, menilai jika pelacakan eksternal tidak segera dilakukan, kondisi itu dapat berbahaya bagi masyarakat.

Sebab, kata dia, mereka yang diduga terpapar Covid-19 tersebut sebelumnya tidak diketahui bertemu dengan siapa saja dan dari mana saja.

"Karena kalau tidak dapat data, tidak melakukan 'tracing', maka di masyarakat itulah nanti yang berbahaya. Karena kalau kita 'tracing', harus diputus mata rantai Covid-19 dan harus ada tindak lanjut dari orang terdekat, kontak erat," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper