Bisnis.com, PEKANBARU - Program kemitraan menjadi penyelamat para petani nanas di Kabupaten Siak, Riau selama masa pandemi Covid-19.
Lewat program One Village One Commodity (OVOC), petani nanas di Desa Penyengat, Kabupaten Siak, Riau, tetap dapat memproduksi buah nenas dan memasarkannya.
Bahkan, salah seorang petani bernama Supriyadi menyampaikan terjadi peningkatan permintaan buah nanas hingga 25 persen pada masa pandemi ini. Supriyadi berhasil mendapat laba hingga Rp10 juta per bulan.
“Para petani masih terus menanam dan memanen nanas seperti biasa. Kami beruntung bisa ikut program budi daya ini karena masih bisa menghasilkan meski di tengah situasi Covid-19,” kata Supriyadi, dikutip dari siaran pers, Minggu (17/5/2020).
Supriyadi sebelumnya mendapat pembinaan dari Program Community Development (CD) PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). CD Officer RAPP Dainar Rifai mengatakan saat ini kelompok tani Desa Penyengat sudah mandiri. Pihaknya hanya memberi pendampingan target dan prospek usaha di lahan seluas 58 hektare.
Produksi kelompok tani binaan ini mencapai 110.350 buah nanas selama Januari - Maret 2020, atau meningkat dari periode sebelumnya sebanyak 104.700 buah selama Oktober - Desember 2019 lalu.
“Awalnya kami berikan stimulan, pelatihan, studi banding, bantuan lahan 10 hektar dan bibitnya di tahun 2013 lalu. Meski sempat diragukan, uniknya mereka tetap menanam. Ternyata hasilnya di luar dugaan dan buahnya bagus-bagus. Sejak itulah, nanas penyengat ini berkembang hingga sekarang,” jelas Dainar.
Saat ini, lanjut Dainar, luas lahan untuk pengembangan nenas mencapai 250 hektare dan dikelola oleh 150 kepala keluarga.
Setiap minggu sekitar 40 ribu buah nanas dibawa ke pasar induk Kramat Jati, Jakarta Timur. Jumlah itu di luar permintaan lokal sebanyak 15 ribu buah nanas yang mereka layani setiap harinya.
Buah nanas yang dibudidayakan masyarakat di Desa Penyengat merupakan jenis nenas ratu. Nanas ini memiliki rasa yang khas dan lebih tahan lama dibanding jenis nanas lainnya.
Koordinator Program Agribisnis CD RAPP Zamzuli Hidayat menambahkan bahwa para petani nanas juga menerapkan pengaturan jadwal panen. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi fluktuasi harga panen dan menjaga ketersediaan buah.
“Jadi mereka bisa mengatur jumlah panennya. Mereka lebih banyak menanam di bulan puasa karena kecenderungan permintaan dan harga yang bagus. Standarnya nenas bisa ditanam 20 ribu batang per hektar, tapi ada juga petani yang berani menanam 30 ribu batang,” jelasnya.
Program budidaya nanas di Desa Penyengat ini turut didukung oleh dari Pemerintah Kabupaten Siak. Bupati Siak Alfedri berharap ke depannya budidaya nanas ini dapat berkembang juga ke industri pengolahan nanas agar memberi nilai tambah bagi perekonomian masyarakat.