Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Toleransi dan Penghapusan Stigma Pasien Covid-19 Jadi Tantangan

Stigma berkontribusi terhadap tingginya angka kematian.
Warga menunjukkan bahan makanan gratis yang diambil dari pagar rumah di kawasan Medayu Utara, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Warga kampung Medayu Utara menggelar kegiatan sosial bernama 'Aksi Jogo Tonggo' dengan menyediakan paket berbagai bahan makanan gratis bagi warga lain yang membutuhkan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama di tengah wabah Covid-19./Antara-Didik Suhartono
Warga menunjukkan bahan makanan gratis yang diambil dari pagar rumah di kawasan Medayu Utara, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Warga kampung Medayu Utara menggelar kegiatan sosial bernama 'Aksi Jogo Tonggo' dengan menyediakan paket berbagai bahan makanan gratis bagi warga lain yang membutuhkan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama di tengah wabah Covid-19./Antara-Didik Suhartono

Bisnis.com, SURABAYA - Masyarakat diminta untuk tidak memberikan stigma kepada para korban yang terpapar virus Corona (COVID-19), termasuk keluarga, tetangga, maupun rekan-rekan di lingkungan kerjanya.

Dokter Okupasi dengan Profesional di Bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sekaligus Pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Shoim Hidayat, mengatakan masyarakat harus meningkatkan toleransi di tengah pandemi ini.

"Hal ini memang agak sulit dihindari. Oleh karena itu, kami tak pernah bosan-bosannya mengingatkan kalau orang yang terkena Covid-19 tidak boleh disingkirkan dari lingkungannya," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (8/5/2020).

Menurut Shoim, munculnya stigma kepada para korban dan orang-orang terdekatnya karena minimnya informasi akurat yang diperoleh masyarakat mengenai Covid-19. Selain informasi akurat, tingkat toleransi masyarakat dinilai mulai menurun.

"Kita harus introspeksi, mungkin, karena kurangnya rasa toleransi terhadap sesama dan pengetahuan masyarakat terhadap virus ini juga perlu ditingkatkan," katanya.

Contoh stigma yang terjadi baru-baru ini adalah penolakan jenazah yang merupakan korban Covid-19. Misalnya, seperti yang terjadi di Semarang, Jawa Tengah.

Untuk itu, Shoim meminta kepada para pemangku kepentingan seperti kepala daerah, tokoh masyarakat, dan media massa untuk membantu memberikan edukasi kepada masyarakat. Jika stigma ini terus berlanjut, maka akan semakin memperkeruh suasana.

Shoim juga menekankan kepada masyarakat bahwa untuk mencegah penyebaran COVID-19, maka masyarakat harus menerapkan praktik protokol kesehatan dan kebersihan agar tidak tertular, seperti physical distancing dan pakai masker. “Jika diterapkan dengan baik, itu sudah cukup. Jadi tidak perlu diasingkan, kan kasihan,” pungkasnya.

Belum lama ini, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan, Fidiansjah, juga mengatakan stigma kepada korban, termasuk keluarga maupun rekan-rekan di lingkungan kerjanya, juga berdampak negatif terhadap kondisi fisik dan psikologis.

"Stigma akan menimbulkan marginalisasi dan memperburuk status kesehatan dan tingkat kesembuhan," katanya.

Fidiansjah melanjutkan stigma berkontribusi terhadap tingginya angka kematian.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper