Bisnis.com, SURABAYA - Penanganan persebaran virus corona (Covid-19) di Jawa Timur belum menunjukkan kurva yang semakin landai.
Data per Selasa (5/5/2020) tercatat ada 1.162 kasus positif Covid-19 di Jatim, sembuh 198 orang, dirawat 841 orang dan meninggal 123 orang.
Bila dibandingkan dengan kasus di Pulau Jawa, catatan konfirmasi positif corona Jatim di posisi ketiga, di bawah Jawa Barat dengan 1.252 kasus dan DKI Jakarta dengan 4.539 kasus.
Adapun dari kasus corona di Jawa Timur, sebagian besar berada di Surabaya dengan rincian 569 kasus positif, 408 dalam perawatan, 88 sembuh dan 73 orang meninggal.
Sembilan hari lalu, Selasa (28/4/2020), hari pertama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tercatat ada 392 kasus positif di Surabaya, 263 dalam perawatan, 75 konfirmasi sembuh dan 54 orang meninggal.
Sobat Jatim, berikut ini peta sebaran COVID-19 di Jawa Timur s.d. hari ini Selasa 5 Mei 2020.
— Pemprov Jawa Timur (@JatimPemprov) May 5, 2020
Mari ikuti anjuran pemerintah untuk #dirumahsaja Jika terpaksa keluar rumah gunakan #masker #WaspadaCOVID19 @KhofifahIP @EmilDardak @jatimcettar_ @KemenkesRI @dinkesjatim pic.twitter.com/PM5yxAOsNB
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan pengendalian persebaran Covid-19 sudah dilakukan bertahap. Mulai patroli berskala besar, lalu ada patroli gabungan hingga dilakukan PSBB.
"Mungkin nanti ada masukan strategi apa lagi agar bisa efektif," ujarnya dalam konferensi video dengan 100 pimpinan media yang diinisiasi Asosiasi Media Siber Indonesia, Selasa (5/5/2020) malam.
Menurutnya strategi pengendalian pergerakan manusia dengan harapan penularan virus corona bisa ditekan berjalan efektif di lapangan hanya beberapa hari saja. Sementara untuk meningkatkan kepatuhan warga dengan pendekatan hukuman maupun tindakan tegas lain kewenangannya berada di Kabupaten/Kota.
"Kalau segel, pengentian sementara, mungkin PSBB efektif. Tapi ini sekali lagi bukan kewenangan Gubernur," imbuhnya.
Adapun di tingkat kabupaten/kota, hanya sektor pendidikan yang dilaporkan patuh terhadap pembatasan sosial. Dunia usaha baik ritel berupa toko, warung, pasar termasuk kegiatan ibadah kemasyarakatan banyak yang melanggar ketentuan PSBB.
“Surabaya sepakat berlakukan PSBB”
— Humas Kota Surabaya (@BanggaSurabaya) April 19, 2020
Hari ini (19/04) Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menghadiri rapat koordinasi membahas persiapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Gedung Negara Grahadi, Surabaya#BanggaSurabaya #LawanCovid19 pic.twitter.com/WuiRqOcIDy
Menguji Strategi Risma
Dalam strategi perang melawan corona, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meyakini cara paling efektif mengurangi penyebaran Covid-19 dengan sikap disiplin melalui menjaga jarak, memakai masker dan menjaga kebersihan dengan cara rajin cuci tangan.
Risma pada pekan kedua April mengatakan perlu cara lokal menyelesaikan pandemi corona. Termasuk mengontrol perbatasan. Penyemprotan massal disinfektan. Menyediakan makanan bagi warga yang menjalani karantina.
Data per 11 April, pasien positif corona di Surabaya 89 orang, 8 positif di luar Surabaya. Sebanyak 1.290 orang dalam pemantauan, 519 pasien dalam pengawasan. Sebanyak 28 orang sembuh Surabaya dan 5 sembuh orang luar Surabaya. PDP meninggal 2 orang, konfirmasi positif meninggal 11 orang.
Risma pada awal pekan keempat April menegaskan ada 14 kluster corona di Surabaya dan sudah dipetakan pula kelompok Orang Tanpa Gejala (OTG). Termasuk kluster Sampoerna yang bermula dari Pasien Dalam Pengawasan yang kurang pengawasan.
"Selama ini, seolah-olah di Surabaya ada klaster baru ketika setiap pengumuman pasien positif setiap hari, padahal tidak," kata Risma.
"Selama ini, seolah - olah di Surabaya ada klaster baru ketika setiap pengumuman pasien positif setiap hari, padahal tidak" -Tri Rismaharini-
— Humas Kota Surabaya (@BanggaSurabaya) April 20, 2020
Ada 14 klaster yang ada di Surabaya. Selain itu, jumlah angka positif bertambah karena ada perubahan status.
[A THREAD] pic.twitter.com/p7FPvgBCOL
Langkah menerapkan protokol pengendalian Covid-19 ala Surabaya dipaparkan saat rapat persiapan PSBB, meski akhirnya Risma 'manut' penyelenggaraan pembatasan sosial.
"Itu (aturan dalam PSBB) sudah seperti yang dilakukan di Surabaya," kata Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, Selasa (21/4/2020).
Wali Kota Risma mencontohkan seperti halnya pedagang maupun pengunjung di pasar wajib mengikuti protokol kesehatan dengan memakai masker dan melakukan physical distancing atau jaga jarak fisik.
Data per Selasa 5 Mei, pasien positif corona di Surabaya 408 orang, 83 sembuh dari Surabaya, 5 sembuh luar Surabaya. Adapun secara kumulatif positif 569 orang, 561 dari Surabaya, 8 luar Surabaya, 73 meninggal Surabaya.
Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 799 orang dan PDP sembuh 521 orang. Kumulatif PDP 1.322 orang, meninggal 2 orang. Orang Dalam Pemantauan 837 orang. 1.951 ODP selesai dipantau dan 2.788 kumulatif ODP.
Tidak ada penjelasan detail migrasi PDP maupun ODP ke konfirmasi positif corona. Meski bila merujuk pernyataan Wali Kota, migrasi pasien dalam kelompok kluster eksisting, tidak ada penambahan dari kluster baru.
Selamat malam..
— Humas Kota Surabaya (@BanggaSurabaya) May 5, 2020
Berikut data dan peta persebaran Covid19 di Surabaya. Informasi lebih lengkap, cek di laman https://t.co/brHNSw9wxS pic.twitter.com/ULRcTXaHQN
Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyatakan Surabaya berpotensi menjadi salah satu daerah yang berpotensi menjadi episentrum baru virus corona di Indonesia.
Sebagai sebuah proyeksi, waktu akan menguji pernyataan Yurianto. Namun demikian, angka menunjukkan jumlah positif corona di Surabaya mendominasi kasus Jawa Timur dan itu berarti kita harus waspada terhadap ancaman Covid-19 yang masih jauh dari kata berakhir.