Bisnis.com, MALANG — Permintaan rumah tapak bersubsidi di Jatim diproyeksikan moncer di 2020, namun dari sisi pembiayaan masih menjadi tanda tanya.
Ketua DPD Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Jatim Makhrus Sholeh mengatakan pasokan rumah bersubsidi di daerah tersebut tahun depan diperkirakan mencapai 40.000 unit. Dari total rumah sebanyak itu, dipastikan terserap pasar karena kebutuhan rumah tipe tersebut masih terbuka karena backlog perumahan masih tinggi.
“Yang masih menjadi tanda tanya, dari sisi pembiayaannya,” katanya di Malang, Selasa (17/12/2019).
Hal itu antara kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan pasokan rumah oleh pengembang tidak seimbang. Lebih banyak sisi pasokannya. Secara nasional, kuota FLPP hanya untuk sebanyak 105.000 unit rumah, sedangkan pasokannya diperkirakan mencapai 350.000 unit.
Harapan pengembang, kekurangannya itu dapat diisi dengan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT). Lewat skema itu, end user senang karena subsidinya relatif besar, yakni antara Rp32 juta-Rp40 juta/unit.
BP2BT juga sudah dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pengembang, namun problemnya masa pencairannya lama, sekitar 1,5 bulan. Kuotanya untuk 2020, sedangkan untuk 2019 di Jatim sekitar 6.600 unit.
Proporsi kuota FLPP untuk Jatim, kata dia, biasanya sekitar 30% karena penyerapannya terbesar ke dua setelah Jabar. Dengan kuota sebanyak 105.000 unit, maka rumah bersubsidi yang bisa mengakses FLPP sekitar 31.500 unit sehingga ada 8.500 unit rumah yang tidak jelas skema kreditnya. (k24)