Bisnis.com, SURABAYA - Produsen baja PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDS) terus berupaya meningkatkan kinerja perseroan di tengah berbagai tantangan industri yang semakin berat dan beragam.
Direktur GDS, Hadi Sutjipto mengatakan pasar baja tahun ini mendapat banyak tantangan eksternal, di antaranya adalah fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar AS, fluktuasi harga bahan baku steel slab yang tidak sebanding dengan harga produk jadi di pasar domestik.
"Selain itu, bertambahnya produsen produk sejenis seperti steel plate di sini dengan kapasitas produksi terpasang yang cukup besar sehingga menambah suplai di pasar domestik," jelasnya saat Paparan Publik GDS, Selasa (19/11/2019).
Selain itu, lanjutnya, hingga kini pemerintah juga belum 100% menutup keran impor untuk produk sejenis sehingga persaingan semakin sengit.
Untuk itu, lanjutnya, yang bisa dilakukan perseroan tahun ini dan 2020 yakni menjalin hubungan baik dengan konsumen loyal dan konsumen baru, aktif mencari peluang pasar ekspor terutama ke Eropa, serta mempertahankan pasar di Singapura dan Malaysia.
"Kami juga memberikan fleksibilitas order kepada konsumen secara tailor made dalam hal junlah order, ukuran dan waktu. Termasuk efesiensi biaya terhadap bahan baku impor yang porsinya besar sampai 90%," imbuhnya.
Baca Juga
Dari kiri-kanan Direktur Produksi dan Perdagangan Internasional GDS Gwie Gunato Gunawan, Direktur GDS Hadi Sutjipto, Direktur Keuangan dan SDM Yurnalis Ilyas dan Direktur Akutansi dan Pajak Saiful Fuad saat paparan publik di Surabaya, Selasa (19/11/2019)./Bisnis-Peni Widarti
Hadi mengakui, kinerja penjualan GDS hingga September 2019 mencapai Rp1,35 triliun atau telah teralisasi 98% dari target 2019 yakni Rp1,6 triliun.
Secara nilai, penjualan perseroan naik 26,11% dibandingkan periode yang sama 2018, dan secara volume juga naik dari 122.988,3 ton (September 2018) menjadi 153.298 ton (September 2019).
"Kenaikan tahun ini sangat tipis sekali, bahkan kinerja laba setelah pajak hanya tercapai Rp12,4 miliar atau sekitar 0,9% dari total penjualan," katanya.
Akibat beban biaya operasional dan lainnya yang besar, perseroan tahun ini akhirnya melakukan koreksi target laba setelah pajak menjadi kurang lebih 2% dari total penjualan, yang awalnya direncanakan 3% - 4%.
Direktur Produksi dan Perdagangan Internasional, Gwie Gunato Gunawan menambahkan dalam beberapa tahun terakhir kontribusi penjualan pasar ekspor GDS juga terus menurun.
Hal ini disebabkan oleh beberapa negara seperti AS, Australia, dan Kanada melakukan anti dumping sehingga produk baja Indonesia kesulitan untuk menembus pasarnya.
"Persaingan dalam negeri maupun di luar negeri tidak bisa dihindari, tapi kami tetap berkreasi untuk meningkatkan produk. Namun, beberapa daerah di negara tersebut, termasuk Eropa dan Southeast Asia masih open untuk produk baja kita, contohnya kami berhasil merintis ulang pasar di Itali," katanya.
Adapun kinerja ekspor GDS sampai September 2019 ini hanya berkontribusi 2% atau setara Rp26,6 miliar dari total penjualan khususnya jenis steel plate.
Meski begitu, lanjut Gwie, perseroan tetap optimistis pasar baja domestik masih akan tumbuh karena permintaan baja tahun ini naik 11% sejalan dengan masifnya pembangunan infrastruktur dan properti.
Diketahui, pada 2014 GDS telah melakukan investasi sekitar US$100 juta untuk menambah plate mill berkapasitas 1 juta ton. Hingga kini progres pembangunan baru 70% dan diperkirakan rampung pada semester II/2021, atau mundur dari rencana semula yakni akhir 2020.
"Kelanjutan proyek ini akan menyesuaikan kemampuan dana internal perseroan dan mempertimbangkan kondisi pasar," imbuhnya.