Bisnis.com, MALANG—Sebanyak 120 pengungsi asal Wamena, Papua, tiba Malang, Rabu (2/10/2019) dan selanjutnya difasilitasi oleh Pemprov Jatim ke daerah tujuan mengungsi masing-masiing.
Dari 120 warga itu sebanyak 105 orang dewasa, sedangkan sisanya, 15 orang anak-anak, termasuk Balita. Mereka berasal dari Probolinggo, Pasuruan, Bojonegoro, Jember dan Madura. Bahkan ada yang berasal dari Aceh Tenggara, Sumatera.
Mereka dievakuasi dari Wamena menggunakan pesawat C 130 Hercules A-1305. Tiba di Bandara Abdul Rachman Saleh Malang sekitar pukul 14.50 WIB.
Setiba di Bandara Abdul Rachman Saleh Malang, mereka disambut Gubernur Khofifah Indar Parawansa bersama para pejabat Forkopimda Malang seperti Kapolres Malang Kota AKBP Dony Alexander dan Dandim Kota Malang Letkol Tommy Anderson.
Mereka dikumpulkan di Bakorwil Malang untuk didata. Setelah itu mereka difasilitasi Pemprov Jatim menuju daerah tujuan mengungsi.
Korban kerusuhan itu tampak lelah, tidak hanya secara fisik tapi juga psikis. Karena itulah, petugas angsung mengecek kesehatan pengungsi setiba di Kantor Bakorwil Malang.
Baca Juga
Pengungsi diberikan makan dan minum,sedangkan yang membutuhkan perawatan langsung dievakuasi ke Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang.
Di antara warga yang langsung dirujuk ke RSSA itu, Sarwi (58),asal Probolinggo yang sempat pingsan. Dia harus menjalani perawatan secara intensif.
Menurut putranya, Junaidi, Sarwi punya penyakit darah tinggi. "Tadi sempat pingsan sehingga harus dirawat dulu di RS," kata dia yang sudah setahun tinggal di Wamena.
Frisca asal Aceh Tenggara, mengaku memutuskan meninggalkan Wamena bersama adiknya membawa dua anak. Masing-masing Natanaya (5) dan Naisyia (2) karena situasinya tidak kondusif.
Dia mengaku trauma karena kerusuhan yang terjadi dirasakan cepat dan sangat mengkhawatirkan keselamtan jiwa dia dan keluarganya.
Karena itulah bersama dua anak dan adiknya memutuskan untuk cepat-cepat meninggalkan Papua. Sementara suaminya masih menunggu antrian pesawat yang akan membawanya.
"Kami masih pikir-pikir untuk kembali lagi ke Papua. Kami masih trauma," kata Frisca yang sudah tujuh tahun tinggal di Wamena.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyambut para korban kerusuhan Papua dengan perasaan prihatin. Dia minta agar mereka bersabar.
"Pemprov Jatim siap memfasilitasi mereka sampai ke kediamannya masing-masing. Untuk itu kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian Sosial dan gubernur lainnya yang menjadi daerah asal pengungsi," katanya.
Pengungsi yang menjadi korban kerusuhan Papua tersebut tidak hanya dari Jatim. Namun, juga ada yang berasal dari Jawa Tengah, Jabar, Banten dan Aceh.
Makanya, kata dia, para korban kerusuhan itu didata. Mereka dicek kesehatannya lalu difasilitasi untuk kembali ke daerah asalnya masing-masing.
"Semua itu ditanggung Pemprov Jatim. Untuk itu mereka harus didata. Data-data tersebut sebagai konsesi bagi Pusat, Kemensos dan para gubernur lain yang membutuhkan data warganya," kata dia.
Dia menjelaskan bahwa warga yang eksodus meninggalkan Wamena tidak hanya lewat Bandara Abdul Rachman Saleh Malang. "Tadi siang juga ada yang lewat Bandara Juanda, Sidoarjo," ucapnya.
Mereka yang tiba di Bandara Juanda juga difasilitasi untuk kembali ke daerahnya masing-masing. "Sedangkan yang dalam kondisi sakit langsung dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya," ujarnya.