Bisnis.com, SURABAYA – Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) berharap ajang talk show Bisnis Indonesia Muda Inititives 2019 yang diikuti 200 mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dapat mencetak wirausaha muda baru sedikitnya 20%.
Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Santosa Sungkari mengatakan saat ini ekonomi kreatif menjadi inovasi dalam menghadapi era disrupsi.
Bahkan Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan ekonomi digital atau e-commerce sangat tinggi sekitar 49%, sehingga sektor yang paling reaktif terhadap disrupsi adalah industri media dan telekomunikasi.
“Ada 16 subsektor ekonomi kreatif yang bisa dikembangkan oleh startup-startup, dan yang terlihat potensial adalah industri perfilman, animasi dan video. Coba bandingkan, nonton film horor di laptop dengan bioskop, maka yang dicari di bioskop sensasinya, nah di sini terlihat potensi pasarnya terus ada,” katanya saat pemaparan dalam Talk Show Bisnis Indonesia Muda Inititives 2019, Selasa (1/10/2019).
Adapun 16 subsektor ekonomi kreatif yang bisa diciptakan oleh calon startup di antaranya adalah aplikasi dan games development, arsitekstur, interior design, visual communication design, product design, fesyen, fotografi, craft, kuliner, musik, publishing, advertising, performing arts, fine art, televisi dan radio, serta movie dan animasi.
Hari menjelaskan ekonomi kreatif sendiri adalah perwujudan nilai tambah dari suatu ide atau gagasan kekayaan intelektual yang mengandung keorisinilan, yang lahir dari kreativitas intelektual manusia, berbasis ilmu pengetahuan dan teknolgi, keterampilan serta warisan budaya.
Untuk mendorong pertumbuhan startup Indonesia, Bekraf tahun ini pun telah membuka pendaftaran pesera Bekraf for Pre-Startup (Bekup) di 3 kota, yakni Bandung, Yogyakarta dan Depok. Dalam program tersebut, peserta akan melalui tahapan pre-incubation, mapping dan program design, talent development, dan founder preparation.
Berdasarkan data dan mapping Bekraf 2018, jumlah startup Indonesia telah mencapai 1.019 startup, sebanyak 51,91% berasal dari Jabodetabek, disusul Jawa Timur dan Sumatra masing-masing 11,28%, Yogyakarta 5,30%, Jawa Barat 5,20%, Sulawesi 3,34%, Jawa Tengah 3,24%, Bali dan NTB 3,14%, serta Kalimantan 2,25%, sisanya 2,3% dari berbagai daerah lain.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara mengutarakan wirausaha muda harus bisa berpikir kreatif dan menemukan bisnis yang akan booming di masa depan.
"Kita harus bisa melihat bahwa perubahan saat ini tidak hanya dari sisi bisnis tapi dari sisi konsumen. Contohnya, milenial datang ke restoran bukan untuk rasa enaknya, tapi karena ingin foto dengan background yang instagramable itu perubahan dari sisi konsumennya," tuturnya.