Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bappenas: Desa Wonoasri Dinobatkan Jadi Pusat Batik Warna Alam

Peresmian dilakukan pada Rabu (31/7) di Gedung Rektorat Universitas Jember.
Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro./ANTARA-Wahyu Putro A
Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) bekerja sama dengan Universitas Jember meresmikan Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo sebagai Pusat Batik Warna Alam Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). Peresmian dilakukan pada Rabu (31/7) di Gedung Rektorat Universitas Jember.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro menyatakan berkat pendanaan dari USAID, ICCTF telah menyalurkan pendanaan sejak 2017 hingga 2018 untuk program “Pengelolaan Area Rehabilitasi TNMB melalui Pembangunan Desain Plot Demonstrasi Menggunakan Penutupan Vegetasi Keberlanjutan”.

Bambang menjelaskan, selain berhasil melakukan rehabilitasi dan meningkatkan produktivitas TNMB, program ini juga berhasil memberdayakan masyarakat dalam mengembangkan klaster ekonomi kreatif berbasis pengetahuan dan potensi alam.

Salah satunya adalah Batik Meru Betiri, yang dikembangkan masyarakat Desa Wonoasri, dengan mengkombinasikan corak batik khas Meru Betiri dengan pewarna alami. Misalnya dari daun jati, biji pohon joho lawe, daun tanaman putri malu, hingga kulit kayu pohon jambal.

“Kegiatan ini menjadi contoh yang baik dalam hal sustainability project, di mana kegiatan dapat terus berjalan bahkan semakin berkembang meskipun dukungan langsung dari ICCTF telah berakhir,” kata Bambang melalui siaran pers yang diterima Bisnis, Sabtu (3/8/2019).

Bambang merincikan salah satu desa yang menjadi lokasi pelaksanaan proyek, yaitu Desa Wonoasri. Desa ini berhasil mengembangkan klaster ekonomi kreatif berupa batik lokal khas Meru Betiri dengan warna alami.

Bambang pun mengapresiasi berbagai penelitian yang dilakukan Universitas Jember perihal kerja sama dan kolaborasi dalam mengelola kawasan TNMB ini. Pasalnya, rehabilitasi kawasan hutan lindung turut mendukung target penurunan emisi di Jawa Timur sebesar 6.221.572 ton CO2eq.

Bambang juga mengingatkan soal pemberdayaan masyarakat sekitar TNMB. Utamanya turut meningkatkan kapasitas SDM, manajemen, permodalan, dan akses kepada pasar.

Penggunaan pewarna alam berasal dari akar dan batang tanaman mangrove, daun jati dan tumbuhan putri malu dan sebagainya.

Terdapat 13 motif batik yang bersumber dari kekayaan hayati TNMB baik flora maupun flora. Misalnya motif samber elang, lembah padmosari, jejak matul, siput meru, botol cabe, rekahan rafflesia, pucuk cabe jawa, kuncup cabe, kepak elang, tapak asri, lebah meru, hingga alas meru.

Sejak awal 2018, terbentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) yang memanfaatkan kekayaan alam TNMB mulai dari batik warna alam, minuman herbal hingga camilan khas Desa Wonoasri.

Oleh sebab itu Bambang berharap apa yang dilakukan Kementerian PPN/Bappenas, ICCTF, USAID, dan Universitas Jember dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat, dapat menjadi langkah awal dan contoh yang baik.

Dia menyebut kegiatan ini menjadi contoh konkret Pembangunan Rendah Karbon (PRK). Dimana kegiatan yang dilakukan adalah rehabilitasi kawasan hutan sekunder.

“Sekaligus melakukan aktivitas pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dapat meningkatkan pendapatan serta kohesi sosial masyarakat setempat,” papar Bambang.

Bambang berharap prestasi ini dapat menginspirasi pemerintah daerah dengan mencantumkan kegiatan PRK dalam agenda dan dokumen perencanaannya sebagai bagian dari proses replikasi dan scaling up.

Rektor Universitas Jember Moh. Hasan menjelaskan awalnya program rehabilitasi TNMB ini dilaksanakan dalam enam subprogram. Di antaranya  penanaman tanaman ekonomi non kayu, peningkatan kesuburan dan daya sangga tanah, penilaian ekologi kawasan rehabilitasi, pembuatan hutan kolong dan pekarangan, perumusan kerjasama baru antara TNMB dengan masyarakat, serta pemberdayaan masyarakat Desa Wonoasri, Kecamatan Tempurejo sebagai daerah penyangga TNMB.

Hasan menyebut fakta menunjukan banyak masyarakatDesa Wonoasri yang merantau dan menjadi buruh migran.

Dengan mempertimbangkan aspek sosial, pertumbuhan ekonomi, serta lingkungan, para peneliti Universitas Jember memfasilitasi kelompok pembatik Kehati yang beranggotakan 46 orang. Anggota ini akan mendapatkan pelatihan membatik dengan pewarna alam yang berasal dari TNMB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler